BOGOR, KOMPAS.com - Selama 2019-2025, ada sebanyak 194 orang tewas akibat kecelakaan truk tambang di "jalur neraka" Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Minimnya pengawasan izin tambang serta kelalaian pengelolaan jalan membuat kecelakaan dan kematian terus berulang.
Hal itu disampaikan Gubernur Jawa Barat terpilih, Dedi Mulyadi, usai menggelar rapat koordinasi (Rakor) bersama Kapolres Bogor dan Bupati Bogor Terpilih Rudy Susmanto-Jaro Ade di Sentul, Bogor, Rabu (12/2/2025).
Baca juga: Dedi Mulyadi Siapkan Rp 130 Miliar untuk Perbaikan Jalan Parung Panjang
Rakor tersebut membahas solusi penanganan jalur tambang yang menimbulkan dampak kecelakaan hingga kematian di Parung Panjang.
"Warga yang mendapat musibah meninggal diakibatkan kelalaian dalam pengelolaan jalan, kelalaian karena pengendara kendaraan yang bertonase tinggi (truk) sehingga menimbulkan ragam kecelakaan," ucap Dedi kepada wartawan, Rabu.
Menurutnya, izin tambang tanpa memperhatikan aspek infrastruktur yang memadai telah menimbulkan banyak persoalan.
Sebab, truk-truk pengangkut tambang itu menyebabkan polusi, jalan rusak, hingga kemacetan.
Bukan hanya itu, truk bertonase tinggi ini juga kerap melanggar atau melintas di luar jam operasional.
Adapun jam operasional kendaraan angkutan barang khusus tambang beroperasi atau boleh melintas mulai pukul 22.00 WIB hingga 05.00 WIB.
Kondisi itu pula yang membuat jalanan di wilayah yang berbatasan dengan Tangerang berlubang.
Kematian warga karena terlindas truk terus berulang.
Dedi meminta instansi terkait agar segera mengambil langkah nyata dalam menyelesaikan masalah tersebut secara bersama-sama.
Dia bahkan juga sudah berkomunikasi dengan Bupati Tangerang untuk kerja sama dalam penanganan pengaturan arus lalu lintas dan jam operasional.
Dedi menargetkan penyelesaian jalur tambang Parung Panjang ini dalam waktu satu tahun.
Salah satu solusi masalah itu, kata dia, adalah dengan pembangunan jalan provinsi dan jalur tol khusus tambang.