Beruntung, kata dia, warga yang memiliki rumah lantai dua dan memiliki kamar mandi di atas.
Baca juga: Ribuan Rumah di Dayeuhkolot Bandung Diterjang Banjir, Sekolah hingga Fasilitas Ibadah Terendam
Sejauh ini, warga yang hanya memiliki lantai satu kerap mengandalkan masjid atau kebaikan warga lainnya untuk sekadar ikut mandi atau buang air.
"Itu sulitnya, air bersih. Tapi, gimana lagi, kami kaya bertahan saja, mau pindah-pindah ke mana," ujarnya.
Terkait terhambatnya warga yang bekerja serta anak sekolah yang kerap terlambat, Marni menyebut itu sebagai rutinitas yang pasti dijumpai manakala banjir datang.
Sementara itu, Saepuloh (51), warga Bojongasih, mengatakan, banjir hari ini terbilang cukup parah.
Pasalnya, volume air terus meningkat seiring dengan hujan yang mengguyur wilayah Bandung Raya.
"Memang hari ini yang paling parah, ketinggian biasa 150 sentimeter, palung terdalam sampai 200 sentimeter," katanya dikonfirmasi di lokasi.
Hampir seluruh wilayah di Kampung Bojongasih terdampak banjir luapan sungai Citarum.
Sebanyak 14 RW terdampak banjir tahunan itu.
Berbeda dengan banjir tahun-tahun sebelumnya, kata dia, saat ini jarang warga yang memiliki perahu sampan sehingga menyulitkan warga untuk beraktivitas.
Sedikitnya perahu yang tersedia menyebabkan warga kesulitan mengakses ke lokasi pengungsi serta sulit mendapatkan sembako.
Tak sedikit warga yang memilih mengungsi dari rumahnya untuk sementara waktu sampai banjir surut.
Baca juga: Dayeuhkolot Bandung Kembali Banjir Senin Malam, Rendam Belasan Kampung
"Kondisi warga sebagian mengungsi, ada juga yang menetap, yang menetap biasanya yang memiliki lantai dua. Yang tidak ada, biasanya mereka ngungsi ke titik pengungsian," ucapnya.
Atik (44) mengungkapkan banjir di Bojongasih bukan hal baru.
Sejak tahun 80-an, warga asli Kampung Bojongasih sudah mengalami banjir.
Kendati sudah ada kolam retensi yang dibangun oleh pemerintah, tetap saja di beberapa lokasi banjir masih sulit ditangani.
Dia menambahkan, banjir sedikit teratasi di wilayah Baleendah. Di wilayah tersebut, pemerintah merelokasi warga dan membangun kolam retensi.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang