BANDUNG, KOMPAS.com - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat mencatat sembilan daerah di wilayahnya telah menetapkan status tanggap darurat akibat tingginya kejadian bencana hidrometeorologi.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Pelaksana BPBD Jabar, Anne Hermadiane Adnan, mengatakan sembilan daerah tersebut adalah Indramayu, Tasikmalaya, Kota dan Kabupaten Bekasi, Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, dan Kabupaten Bandung.
"Bencana hidrometeorologi di wilayah-wilayah ini didominasi oleh curah hujan tinggi, sementara Tasikmalaya terdampak akibat pergerakan tanah," ujar Anne di Lanud Husein Sastranegara, Kota Bandung, Selasa (11/3/2025).
Baca juga: Disebut Dedi Mulyadi Cuma Pion, Ini Profil Bos Hibisc Fantasy Puncak Angga Kusnan
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jawa Barat menjadi daerah dengan kejadian bencana hidrometeorologi tertinggi di Indonesia.
"Di Indonesia, menurut data BNPB, Jawa Barat menempati urutan pertama dari 1 Januari hingga 10 Maret 2025. Paling tinggi di bencana hidrometeorologi," katanya.
Untuk mengurangi dampak bencana, Pemerintah Provinsi Jabar melakukan operasi modifikasi cuaca guna meminimalisir hujan ekstrem.
Baca juga: Sindikat STNK Palsu Terbongkar, Polisi Tangkap Jenderal Kekaisaran Sunda
"Potensi cuaca ekstrem ini membuat daya tampung sungai dan tanah di Jabar sudah jenuh. Walaupun intensitasnya sama dengan tahun lalu, tapi dampaknya lebih parah. Nah, ini kita coba kurangi hujannya atau bahkan kita alihkan ke laut agar tidak menelan korban," jelas Anne.
Operasi modifikasi cuaca ini merupakan bagian dari upaya Pemprov Jabar dalam membenahi tata ruang, terutama di kawasan Puncak, Kabupaten Bogor, yang rawan banjir dan longsor akibat alih fungsi lahan.
Dengan metode ini, hujan deras bisa dialihkan ke daerah yang lebih aman.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang