Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Temui Menteri Ara, Dedi Mulyadi Minta Pusat Bangun Rumah Panggung untuk Korban Banjir Jabar

Kompas.com, 12 Maret 2025, 20:50 WIB
Farid Assifa,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi menemui Menteri Perumahan dan Permukiman, Maruarar Sirait, di Kantor Kementerian Perumahan dan Permukiman, Jakarta, Rabu (12/3/2025) petang.

Pada pertemuan itu, Dedi membahas persoalan rumah yang melewati daerah aliran sungai dan penambahan rumah panggung untuk korban banjir di sejumlah daerah di Jawa Barat.

"Bagaimana Pak Menteri (bantuan) untuk warga Jawa Barat?," tanya Dedi kepada Ara, sapaan Maruarar, seperti yang ditayangkan dalam video yang diterima Kompas.com, Rabu malam.

Baca juga: Dedi Mulyadi Bilang Depok Etalase Jabar, Kok Sungai di Kantor Walkot Penuh Sampah?

Di sisi lain, Menteri Ara mengapresiasi kerja Dedi yang disebutnya mengetahui titik-titik penyelesaian masalah. 

"Berpikir itu strategis, dan yang penting benar dan punya nyali," kata Ara.

Dedi langsung menimpali, "Rumah panggung oke (jadi memberi bantuan), Pak?," katanya.

Ara langsung menjawab pasti ada bantuan. Bulan depan atau April 2025, dia akan memperlihatkan kepada Dedi bangunan yang sudah jadi dibangun.

"Dari CSR. Saya juga yakin Kang Dedi yang (bekerja) transparan, (akan mendapat dukungan) kalangan dunia usaha," jelas Ara.

Baca juga: Dedi Mulyadi Candai Forecaster BMKG: Kalau Hujan Sudah Turun, Saya Tak Mau Jatuh Hati

Dia mencontohkan, kementerian yang dipimpinnya telah memulai membangun 700 rumah di Tanah Tinggi, Jakarta Pusat. Biaya renovasi itu tidak bersumber dari APBN.

"Non APBN, dari teman-teman pengusaha (CSR)," jelas Ara.

Dia menyarankan Dedi untuk menggerakkan jaringan para pengusaha di Jawa Barat. Pengusaha akan menyalurkan bantuan dengan syarat, pemerintah dapat dipercaya, transparan dan programnya jelas.

"Banyak sekali pengusaha-pengusaha hebat di Jawa Barat. Itu digerakkan, Kang. Dengan karakter Kang Dedi yang transparansi, berani, pro lingkungan yang benar (maka pengusaha akan membantu)," kata Ara.

Baca juga: Dedi Mulyadi Bongkar Hibisc Puncak, 200 Karyawan Tak Jelas Nasibnya

Dia menjelaskan, pihaknya sudah banyak membangun rumah di berbagai daerah tanpa menggunakan APBN. Contohnya, sebut Ara, di Berau, Tangerang, dan Jakarta.

"Itu semua non APBN. Itu karena kekuatan gotong royong dan kepercayaan kepada Presiden, apalagi Kang Dedi sangat dipercaya rakyat," ujar Ara.

Mendengar pernyataan Ara, Dedi menyampaikan terima kasih.

"Masalah daerah aliran sungai, Pak menteri akan mengeluarkan larangan, peraturannya yang tegas dan termasuk areal persawahan dan perkebunan dan kehutanan. Rumah panggung mudah-mudahan jumlahnya makin bertambah," kata Dedi.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Bandung
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Bandung
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Bandung
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Bandung
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Bandung
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Bandung
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Bandung
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Bandung
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Bandung
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau