Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dedi Mulyadi Sebut Pariwisata Akan Berkembang jika Gunung Kembali Hijau dan Sungai Bebas Sampah

Kompas.com, 22 Maret 2025, 13:52 WIB
Krisiandi

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi mengatakan Indonesia mempunyai modal kepariwisataan yang luar biasa.

Indonesia, kata dia, memiliki alam sangat indah, gunung yang menjulang, hutan yang hijau, laut membiru dengan ombak yang dahsyat, kemudian aliran sungai yang berkelok.

"Problemnya gunungnya gundul, sungai menyempit, keruh, penuh sampah, laut dan pantai tak tertata, banyak bangunan, kotor," kata Dedi kepada kompas.com, Sabtu (22/3/2025).

Menurut dia, gunung harus kembali hijau, laut kembali bersih, kelok sungai kembali terjaga, serta sampah tidak ada.

"(Jika sudah begitu) Pariwisata pasti berkembang, taruhan sama saya," ujarnya.

Baca juga: Menpar Sebut Pembongkaran Sepihak Tempat Wisata Buruk bagi Iklim Investasi

Hal lain untuk mengembangkan pariwisata, lanjut Dedi, infrastruktur jalan harus bagus di manapun, petunjuk jalan dan CCTV harus tersedia, serta keamanan pengendara harus terjaga, dan orang berlalulintas secara teratur dan tertata.

"Petugasnya sigap, angkutan laut, udara murah, keselamatan tinggi, nyaman, banyak diskon tiketnya," jelas Dedi.

Masyarakatnya juga harus ramah, menjaga tradisi dan budaya, tidak kerap bohong, dan tidak menaikan tarif angkutan seenaknya terhadap wisatawan.

"(Tidak menggetok tarif) makanan kepada wisatawan. Kejujuran para pelaku usaha di bidang transportasi, makanan, fesyen yang jualan kaos, suvenir, sesuai harga sebenarnya. Enggak boleh nambah-nambahin," tegasnya.

Baca juga: Jagoan Cikiwul Ditangkap, Dedi Mulyadi Ucapkan Terima Kasih ke Polda Metro

Dedi melanjutkan, negaranya harus aman, bebas dari konflik. Juga tidak ada kemacetan. 

"Tidak ada perkelahian antar geng, antar kampung, antar kabupaten, suku, enggak boleh ada. Harus tertib negaranya, harus nyaman negaranya. Tak boleh ada pemalakan, tak boleh ada premanisme, harus bersih," kata Dedi.

Dia menambahkan, hal lain yang bisa menunjang pariwisata adalah jaringan internetnya harus terkoneksi, telekomunikasinya baik, sinyalnya selalu menyala.

Baca juga: Jagoan Cikiwul Ditangkap, Dedi Mulyadi Ucapkan Terima Kasih ke Polda Metro

"Pemerintahnya ramah terhadap negara-negara lain, bercerita tentang bagaimana keadaan negaranya, bercerita tentang sejarahnya, bagaimana masa depan negaranya, sehingga orang tertarik datang ke Indonesia," katanya.

Dedi mengatakan, Indonesia dengan segala potensinya harus menjadi pemain utama di sektor pariwisata global, bukan hanya menjadi pemain lokalan. 

"Apa pemain lokalan? Hanya andalin anak sekolah dari study tour, enggak akan maju negara ini (kalau pemain lokalan). Karena devisanya enggak akan masuk, kita harap devisa negara itu lahir dari kepariwisataan," ujarnya.

Halaman:


Terkini Lainnya
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Bandung
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Bandung
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Bandung
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Bandung
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Bandung
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Bandung
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Bandung
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Bandung
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Bandung
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau