Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hidup di "Jalur Mati", Warga: Tak Apa KA Bandung–Ciwidey Aktif Lagi, Jangan Telantarkan Kami

Kompas.com, 19 April 2025, 10:00 WIB
Eris Eka Jaya

Editor

KOMPAS.com - Rencana Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, untuk mengaktifkan kembali jalur kereta api Bandung–Ciwidey menimbulkan kecemasan di tengah masyarakat.

Bukan karena mereka menolak pembangunan, melainkan karena rumah atau tempat tinggal mereka berdiri tepat di atas jalur yang direncanakan itu.

Salah satu wilayah yang terdampak adalah Kampung Ciluncat, Desa Ciluncat, Kecamatan Cangkuang, Kabupaten Bandung.

Di sana, puluhan kepala keluarga telah membangun kehidupan selama hampir dua dekade di atas rel kereta api yang lama tak beroperasi.

"Kalau warga sebenarnya sudah mulai resah semuanya. Soalnya kata informasi yang beredar, lima tahun ke depan mau dijalankan lagi (jalur KA Bandung–Ciwidey). Jadi warga sudah resah, semua resah," ujar Ketua RT 07/RW 01, Dadan Rustandi (42), saat ditemui pada Jumat (18/4/2025).

Baca juga: Rencana Dedi Mulyadi Bangkitkan 5 Rel Tertidur Kereta Api, Berikut Daftarnya

Menurut Dadan, hampir seluruh rumah di wilayahnya berdiri di atas jalur rel yang kini sudah difungsikan menjadi jalan setapak atau bahkan fondasi rumah.

Beberapa rumah bahkan masih menyimpan rel di dalam bangunannya, sementara sisanya telah ditutupi dengan beton dan semen.

"Di sini kepala keluarganya ada sekitar 60. Kalau ditambah dengan warga yang mengontrak, ada sekitar 70-an KK. Jika dihitung jiwa, mungkin lebih dari 200 orang," katanya.

Selain rumah tinggal, satu fasilitas umum, yaitu masjid, pun ikut terancam tergusur.

Tak Serta-merta Menolak

Meski begitu, warga tidak serta-merta menolak proyek ini. Mereka justru mendukung program pembangunan asal hak mereka tetap dihargai.

"Kami sebagai warga sebenarnya tidak apa-apa mau dijalankan kembali (KA Bandung–Ciwidey) asalkan pemerintah tidak menelantarkan masyarakat. Yang penting kami ada hunian lagi, tidak masalah mau kecil juga," kata Dadan.

Hal serupa dirasakan warga Kampung Cibeureum Jati, Desa Sadu, Kecamatan Soreang. Iim (36), seorang ibu dua anak, juga tinggal dan membuka usaha di atas bekas jalur kereta.

Ia mengaku cemas jika rencana itu benar-benar terealisasi.

Baca juga: 3 Tempat Usaha di Bandung Disegel karena Tak Bayar Pajak, Kafe Hingga Villa di Ciwidey

"Sebetulnya, boleh saja (jalur KA Bandung–Ciwidey) kembali diaktifkan, tetapi saya bingung nanti usaha di mana lagi. Soalnya, pasti bangunan ini dibongkar," ujarnya.

Sejumlah rumah di Desa Ciluncat, Kecamatan Cangkuang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, berdiri di atas rel kereta api Bandung-Ciwidey, warga di Kabupaten Bandung resah dan takut kehilangan rumah usai Gubernur Jawa Barat berencana mengaktivasi jalur Kereta Api tersebut, Jumat (18/4/2025)KOMPAS.COM/M. Elgana Mubarokah Sejumlah rumah di Desa Ciluncat, Kecamatan Cangkuang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, berdiri di atas rel kereta api Bandung-Ciwidey, warga di Kabupaten Bandung resah dan takut kehilangan rumah usai Gubernur Jawa Barat berencana mengaktivasi jalur Kereta Api tersebut, Jumat (18/4/2025)

Lebih dari 15 tahun tinggal di sana, Iim dan keluarganya sudah membangun hidup, mimpi, dan harapan. Kini, ia merasa serba salah ketika anaknya yang masih kecil mulai ikut memikirkan nasib mereka.

"Anak saya yang kedua, yang masih SD, bahkan bilang ke saya, 'gimana kalau kita diusir, tinggal di mana.' Saya bingung harus jawab apa. Jadi, kalaupun rencana itu ada, harapannya, pemerintah menyiapkan tempat tinggal buat kami," katanya.

(Penulis Kontributor Bandung Kompas.com: M Elgana Mubarokah)

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Bandung
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Bandung
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Bandung
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Bandung
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Bandung
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Bandung
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Bandung
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Bandung
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Bandung
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau