Adib juga yang membantu menaikkan dan menurunkan penumpang serta beragam tugas lainnya.
Di posisi ini, Adib banyak menghadapi beragam jenis karakter penumpang.
Baginya, penumpang adalah "raja" yang harus dilayani dengan baik, mulai dari membawa barang, menunjukkan tempat duduk, hingga cara menarik ongkosnya.
Dia ingin penumpang yang ditangani selalu merasa nyaman dan aman.
Kebaikan sikap Adib ini berbalas.
Beberapa penumpang yang sudah menjadi pelanggan dan mengenalinya menganggapnya sebagai saudara.
Bahkan, mereka tak ragu untuk menitipkan anaknya saat mengantarkan ke pondok pesantren meski tidak didampingi keluarga.
Baca juga: Kisah Kiki, Sopir Bus Penjaga Nyawa di Jalan dan Jembatan Rindu Keluarga
"Saya tidak kenal satu per satu mereka, tetapi mereka yang sering naik dan sudah jadi langganan ya kenal. Selama kita baik, penumpang juga baik," ucapnya.
"Penumpang Jawa Timur banyak yang titip anaknya ke saya kalau mau kembali ke pondok pesantren, kalau orangtua tidak bisa mengantar," tambah Adib.
Hal yang sama dialami oleh Adi Candra (44), sopir kedua dalam satu bus Medali Mas bersama Adib.
Sopir yang lebih senior dari Adib ini bahkan berulang kali mendapatkan "buah tangan" dari penumpang.
Dia pernah menerima rambutan, durian, nasi bungkus, kue Lebaran, dan banyak lagi.
Candra yang merupakan warga Desa Sumber Pucuk, Kecamatan Sumber Pucuk, Kabupaten Malang, juga sudah menelan asam manis pahit menjadi sopir bus AKAP.
Dia menilai penumpang yang merasa kenal dekat dan baik tidak akan ragu terhadap sopir.
Sopir dianggap sebagai saudara satu keluarga yang membantunya mengantarkan dari tempat asal hingga ke tujuan.
Selama lebih dari lima tahun menjadi sopir, dia banyak mengenal warga Jawa Timur yang merantau ke Jakarta.
Rata-rata profesi mereka adalah tukang bangunan, pedagang, dan lainnya.
Mereka yang sudah dekat akan memberikan barang-barang yang mereka jual dengan alasan untuk merasakan buatannya.
Baca juga: Sopir Jaklingko yang Tabrak Motor di Cengkareng Dipastikan Tidak Mabuk
"Kalau saya banyak dikenali perantau yang ke Jakarta, rata-rata pekerja bangunan dan pedagang. Kalau mereka pulang dan lagi ikut saya, ya banyak yang memberi bakso, gorengan, nasi bungkus, musim rambutan ya makan rambutan, sampai durian saya dikasih dari penumpang," kata Candra.