CIREBON, KOMPAS.com - Air mata Yuni Mulyatiningsih, warga Desa Cikalahang, Kecamatan Dukupuntang, Kabupaten Cirebon, belum mengering.
Matanya masih berkaca-kaca. Suaranya terdengar berat.
Namun, Yuni berusaha keras mengikhlaskan kepergian sang kepala rumah tangganya.
Di hadapan Kapolresta Cirebon, Kombes Pol Sumarni, dan jajaran, Yuni tampak berusaha tegar.
Dia terus mendengarkan ucapan belasungkawa dan kepedulian dari petugas kepolisian.
Mereka hadir juga memberikan tali kasih untuk sedikit meredakan rasa musibah yang dialami.
Suasana tampak hangat saat mereka saling berjabat.
Beberapa kali mereka tampak memeluk dan mengelus punggung untuk saling menguatkan.
Kepada Kompas.com, Yuni bercerita, kabar musibah ini didengarnya pada Jumat siang.
Dia kaget saat mendengar Gunung Kuda longsor.
Dia khawatir hal yang tidak diinginkan menimpa suaminya, Rhino Ahmadi.
"Kemarin siang itu ada yang ngabarin, ini saudara saya, 'itu Gunung Kuda longsor, A Rhino, Neng," kata Yuni mengulang cerita saat ditemui Kompas.com di rumahnya, pada Sabtu (31/5/2025) petang.
Baca juga: Penyebab Longsor Tambang Gunung Kuda Cirebon Menurut Badan Geologi
Dia yang berasal dari Desa Cikalahang langsung bergegas ke lokasi.
Ia bersama keluarga yang lain merasa sangat panik, cemas, syok, dan penuh ketakutan.
Jumat sore, ia mendengar kabar yang membuatnya sangat berat, bahwa Rhino Ahmadi, yang bertugas sebagai operator beko berwarna oranye, ditemukan dalam kondisi meninggal dunia.