Editor
“Indonesia bukan sekadar peserta, kita adalah mitra strategis dalam penyelenggaraan haji. Jamaah kita harus diprioritaskan dalam standar layanan. Ini saatnya Presiden turun tangan,” tegas Ijang.
Di sisi lain, IPHI mendorong evaluasi kinerja delapan syarikah yang bertugas tahun ini. Perusahaan yang terbukti tidak sanggup memberikan layanan layak sebaiknya tidak dilibatkan dalam musim haji tahun depan.
Sementara yang menunjukkan kinerja baik, layak mendapat kontrak jangka panjang.
“Haji bukan sekadar logistik massal, ini soal ibadah dan martabat. Jangan jadikan jamaah kita korban kekacauan manajemen,” pungkasnya.
IPHI Jawa Barat menegaskan komitmennya untuk terus mengawal perbaikan penyelenggaraan haji, sekaligus menjadi mitra kritis pemerintah dalam memastikan pelayanan yang manusiawi, profesional, dan sesuai dengan spirit penghormatan terhadap tamu-tamu Allah di Tanah Suci.
Ijang juga berharap pelayanan tahun depan akan lebih baik dengan peralihan pengelola dari Kemenag ke BPIH.
"Sekalipun saya pribadi sayangkan kenapa di akhir pelayanan ada kejadian seperti ini? Mencoreng nama baik Menag dan Dirjen Haji. Negara lain kok tidak ada berita seperti ini? Jangan-jangan ada sabotase internal kepada Dirjen Haji, ya?" pungkasnya.
Sementara itu, Kementerian Agama mengakui, pemberangkatan jemaah haji Indonesia dari Muzdalifah ke Mina mengalami keterlambatan dari target yang ditentukan.
Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Hilman Latief menjelaskan, pemberangkatan awal jemaah haji dari Muzdalifah ke Mina telah sesuai kebijakan Pemerintah Arab Saudi, yakni dimulai pada pukul 23.35 WAS, 10 Zulhijjah 1446 H.
“Realisasi di lapangan, pemberangkatan jemaah haji dari Muzdalifah ke Mina secara umum dimulai tepat waktu. Namun secara keseluruhan, proses evakuasi berhasil dilakukan dan Muzdalifah dinyatakan kosong dari jemaah haji Indonesia pada pukul 09.40 WAS, terlambat 40 menit dari target yang ditetapkan,” papar Hilman Latief di Makkah, Sabtu (7/6/2025).
Hilman mengungkapkan, ada tiga penyebab keterlambatan, yakni pertama, ketidakkonsistenan jadwal bus karena ada ribuan bus yang dioperasionalkan dan antrean yang panjang.
Kedua, keterlambatan perputaran bus dari Mina ke Muzdalifah dalam beberapa jam pada waktu tertentu akibat kepadatan lalu lintas. Terakhir, masifnya jemaah yang berjalan kaki.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang