BANDUNG, KOMPAS.com - Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, mendesak PT BII, perusahaan daerah (BUMD) yang mengerjakan proyek galian kabel untuk infrastruktur telekomunikasi pasif (IPT) di Kota Bandung, segera memperbaiki bekas galian kabel yang masih berlubang atau bergelombang.
"Harus PT BII lagi yang benerin. Makanya PT BII saya tekan terus," ujar Farhan saat ditemui di Kantor DKPP Kota Bandung, Jalan Arjuna, Cicendo, Kota Bandung, Jawa Barat, Jumat (20/6/2025).
Sebenarnya, Farhan berharap bekas galian kabel IPT yang masih berlubang dan bergelombang diperbaiki oleh Dinas Sumber Daya Alam dan Bina Marga (DSDABM) Kota Bandung agar pekerjaannya bisa lebih baik dan cepat, tetapi hal tersebut terkendala peraturan.
Baca juga: Ingin Bandara Husein Sastranegara Dibuka Lagi, Farhan: Semua ke Halim, yang Untung Jakarta
"Saya inginnya Bina Marga yang membenarkan itu langsung sebab legokannya masih banyak, tetapi peraturannya tidak boleh sama pemerintah," tuturnya.
"Karena gini, itu punya swasta. Kalau sampai saya memerintahkan mengeluarkan anggaran untuk memperbaiki, saya pasti kena ke BPK. Karena itu, pekerjaan swasta yang belum diserahterimakan kepada pemerintah," ucapnya.
Meski masih banyak bekas galian yang berlubang dan bergelombang, Farhan memastikan PT BII sudah kembali melanjutkan penggalian kabel IPT dengan metode baru menggunakan trenching machine yang tidak membutuhkan banyak penggalian lubang di jalanan.
Menurut Farhan, trenching machine digunakan untuk membelah aspal jalan. Dengan mesin ini, pekerjaan menjadi lebih cepat dan efisien.
Baca juga: Farhan Tolak Pengajuan Anggaran Rapat di Hotel Bintang 4 dan 5
"Sudah dilanjutkan lagi, sekarang teknologinya canggih. Selama penggalian tidak menimbulkan kemacetan, setelah penggalian enggak kelihatan kayak hasil galian," katanya.
Meski demikian, Farhan menekankan kepada PT BII untuk tetap melakukan perbaikan jalan yang rusak akibat pengerjaan sebelumnya.
Sebab, hingga saat ini, dia belum puas dengan perbaikan yang sudah dilakukan karena masih banyak jalan yang berlubang dan bergelombang kembali.
"Targetnya sebelum Oktober harus sudah selesai," tuturnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang