Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Usai Penertiban, Pemda Cirebon Tawarkan Lapak Gratis di Pasar Pasalaran

Kompas.com, 9 Juli 2025, 11:20 WIB
Muhamad Syahri Romdhon,
Farid Assifa

Tim Redaksi

CIREBON, KOMPAS.com - Pemerintah Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, menawarkan solusi relokasi kepada Pedagang Kaki Lima (PKL) di kawasan wisata Batik Trusmi setelah dilakukan penertiban pada Senin (7/7/2025).

Rencana relokasi ini mencakup penyediaan lapak gratis di Pasar Tradisional Pasar Pasalaran.

Wakil Bupati Cirebon, Agus Kurniawan Budiman, menjelaskan bahwa pasca-penertiban, pemerintah langsung berkoordinasi dengan berbagai pihak terkait untuk mencari solusi agar para PKL tetap dapat berjualan.

Rapat yang dihadiri oleh perwakilan pedagang, forkopimda, dan kepala desa setempat menghasilkan kesepakatan untuk melakukan relokasi sebagai langkah penataan dan penertiban.

Baca juga: Dedi Mulyadi Instruksikan Penertiban di Batik Trusmi Cirebon, PKL Protes

"Pemerintah, forkopimda, dan perwakilan kuwu-kuwu di wilayah Trusmi, serta perwakilan PKL, sepakat untuk melakukan relokasi," ujar Agus usai rapat pada Selasa (8/7/2025) petang.

Agus menambahkan, para PKL yang menjual sayur, ayam, dan buah akan dipindahkan ke dalam Pasar Pasalaran, di mana pemerintah telah menyediakan 100 kios kosong secara gratis.

Relokasi juga akan dilakukan untuk PKL kuliner yang beroperasi sore hingga malam, yang akan dipindahkan ke Jalan KH Abbas dengan jam operasional yang sama, yakni mulai pukul 16.00 hingga malam.

Selama ini, PKL sayur dan kuliner berjualan di sepanjang Jalan Syekh Datul Kahfi, yang merupakan akses utama menuju kawasan wisata Batik Trusmi.

Langkah ini diambil oleh pemerintah daerah untuk menata dan merapikan kawasan tersebut.

"Di Pasar Pasalaran ada sekitar 100 kios kosong. Para pedagang bisa langsung menempati tanpa dipungut biaya sepeser pun. Gratis. Ini adalah bentuk kepedulian kami agar ekonomi tetap berjalan," tambah Agus.

Agus juga mengajak para pengusaha batik yang memiliki showroom di sekitar kawasan Trusmi untuk turut berpartisipasi dalam menampung aktivitas PKL di siang hari, sehingga tidak mengganggu ketertiban lalu lintas.

Burhanuddin, salah satu perwakilan PKL di Jalan Syekh Datul Kahfi, menyatakan dukungannya terhadap upaya relokasi yang ditawarkan oleh pemerintah daerah.

Dia menilai relokasi ini perlu dilakukan, karena tanpa solusi, PKL tidak akan dapat berjualan setelah penertiban.

"Jumlah PKL yang menggantungkan hidup di lokasi ini cukup banyak, ada 384 pedagang yang beraktivitas dari pagi hingga malam. Kami, pedagang kuliner malam hari, siap mendukung pindah ke Jalan KH Abbas. Kami sudah meminta waktu tiga hari untuk persiapan dan penataan tempat," kata Burhanuddin usai rapat.

Burhanuddin juga menyebutkan bahwa mereka akan menindaklanjuti hasil rapat dengan pemerintah Desa Weru Lor untuk membahas teknis pemindahan dan skema lapak.

Halaman:


Terkini Lainnya
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Bandung
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Bandung
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Bandung
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Bandung
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Bandung
Eks Aktivis Beberkan Cara NII Gaet Pelajar Sampai Mahasiswa
Eks Aktivis Beberkan Cara NII Gaet Pelajar Sampai Mahasiswa
Bandung
Cerita Pemuda Asal Bandung Lepas dari NII, Terpapar Sejak SD, Sadar di Usia Dewasa
Cerita Pemuda Asal Bandung Lepas dari NII, Terpapar Sejak SD, Sadar di Usia Dewasa
Bandung
Banjir Sapu 13 Rumah di Bandung Barat: Bukit Gundul dan Drainase Proyek Diduga Jadi Pemicu
Banjir Sapu 13 Rumah di Bandung Barat: Bukit Gundul dan Drainase Proyek Diduga Jadi Pemicu
Bandung
Pabrik Jamu di Sukabumi Terbakar, Kerugian Ditaksir Rp 500 Juta
Pabrik Jamu di Sukabumi Terbakar, Kerugian Ditaksir Rp 500 Juta
Bandung
4 Kasus Kejahatan terhadap Anak Terjadi di Tasikmalaya, dari Perkosaan hingga Penyekapan di Hotel
4 Kasus Kejahatan terhadap Anak Terjadi di Tasikmalaya, dari Perkosaan hingga Penyekapan di Hotel
Bandung
4 Gadis Pengeroyok Remaja Putri di Tasikmalaya: Putus Sekolah, Tinggal di Kos
4 Gadis Pengeroyok Remaja Putri di Tasikmalaya: Putus Sekolah, Tinggal di Kos
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau