SUKABUMI, KOMPAS.com - Hanya tinggal menghitung hari, tahun akademik ajaran baru periode 2025-2026 akan segera dimulai.
Namun, di sisi lain, masih banyak sekolah SMK di Kota Sukabumi yang kekurangan murid hingga kini.
Ketua Forum Kepala Sekolah SMK Swasta (FKKS) Kota Sukabumi, Budi Supriadi, memaparkan bahwa masih banyak sekolah swasta yang berjuang untuk mencari murid baru.
"Kami di pengurus sampai saat ini menunggu berakhir SPMB sampai akhir bulan Juli, dengan harapan siswa yang tidak diterima di SMA Negeri bisa mendaftar ke sekolah swasta," kata Budi dalam keterangannya via WhatsApp kepada Kompas.com, Sabtu (12/7/2025).
Baca juga: 32 Calon Siswa di Sleman Tak Daftar Ulang, Puluhan Kursi SMP Negeri Kosong
Sejak awal SPMB hingga berakhir, sekolah swasta bak terbang tenggelam sebab tak ada penambahan siswa secara signifikan.
Kondisi tersebut juga kemudian diperparah dengan kebijakan rombongan belajar (rombel) ala Dedi Mulyadi, yang kini menjadi 50 pelajar dalam satu kelas di sekolah negeri.
"(Meskipun) ada penambahan (murid) tetapi tidak signifikan, namun juga banyak sekolah sejak SPMB dimulai sampai dengan penutupan tidak (ada murid) bertambah dan cenderung berkurang karena siswa yang sebelumnya sudah mendaftar di sekolah swasta, ternyata siswa tersebut juga mendaftar di sekolah negeri," tutur Budi.
Budi juga mengungkapkan bahwa dari 25 sekolah SMK swasta di Kota Sukabumi yang memang mengalami penurunan, bahkan ada satu sekolah yang baru memiliki satu peserta didik baru.
"Ada sekitar 7-8 sekolah yang jumlah pendaftarnya kurang dari 10 orang, bahkan ada 1 sekolah yang pendaftar hanya 1 orang," kata Budi.
Meski permasalahan minimnya peserta didik baru belum menemukan solusi yang konkret, pihak sekolah swasta tak kehilangan asa untuk mengajar para siswa-siswi dengan sepenuh hati.
Lanjut Budi, namun rasa ketidakadilan yang dirasakan para pengurus di sekolah swasta tersebut akan tetap disuarakan.
"Walaupun dengan jumlah siswa yang minim, kami di sekolah swasta tetap mempersiapkan program MPLS Panca Waluya, programnya Pak Gubernur," ucap Budi.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang