Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Dedi Mulyadi Sekolahkan Putri Bungsunya di Sekolah Biasa...

Kompas.com, 16 Juli 2025, 14:09 WIB
Farid Assifa

Editor

KOMPAS.com - Momen menggemaskan antara Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi dan putri bungsunya, Ni Hyang Sukma Ayu, menjadi sorotan warganet setelah diunggah melalui akun Instagram @dedimulyadi71, Selasa (15/7/2025).

Dalam video tersebut, Dedi terlihat berbincang santai dengan Hyang—sapaan akrab putrinya—yang baru saja pulang dari sekolah dasar.

Dedi membuka percakapan dengan bertanya, “Nih yang, habis dari mana nih yang teh?”

Hyang pun menjawab polos, “Idan. Ya, habis sekolah?”

“Iya,” jawabnya singkat.

Baca juga: Putri Karlina Ungkap Alasan Batal Menikah dengan Putra Dedi Mulyadi di KUA

Dedi melanjutkan dengan sejumlah pertanyaan seputar sekolah: dari nama sekolah, teman sekelas, hingga aktivitas yang dilakukan.

“Sekolah di mana?” tanya Dedi.

“Di SD.”

“SD apa namanya?”

“Pakuan (SDN Sukasari I Subang),” jawab Hyang dengan percaya diri.

Saat Dedi menanyakan teman sekelasnya, Hyang menyebut satu nama: Idan. Mereka bahkan duduk sebangku di kelas.

“Tadi di sekolah ngapain aja?” tanya Dedi.

“Aku anaknya Garut,” kata Hyang, yang membuat Dedi sempat bingung dan tertawa kecil menanggapi celoteh putrinya.

Obrolan hangat berlanjut saat Hyang mengungkap rencananya untuk berkunjung ke Garut menghadiri pesta pernikahan kakaknya, Maulana Akbar Ahmad Habibie, hingga keinginan untuk mengajak teman-teman sekolahnya jalan-jalan ke Ancol dan Seaworld.

Anak Pejabat di sekolah biasa

Percakapan antara Dedi Mulyadi dengan putri bungsunya, Ni Hyang Sukma Ayu memantik perhatian warganet. Bukan hanya sikapnya yang lucu, perhatian sejumlah warganet tertuju pada sekolah tempat Ni Hyang belajar.

Ni Hyang belajar di SDN Sukasari I Subang atau dikenal SD Pakuan, sebuah sekolah biasa yang tak jauh dari kediaman Dedi Mulyadi, Lembur Pakuan, Subang.

Warganet menyebut, biasanya anak-anak pejabat bersekolah di sekolah-sekolah swasta yang terkenal dan mahal. Bahkan ada yang belajar di sekolah internasional.

Namun Dedi sendiri malah menyekolahkan putri bungsunya ke SD negeri terdekat dan statusnya sekolah biasa.

"Ni Hyang anak pejabat sekolahnya merakyat," tulis akun @Soxxxx yang diakhiri dengan emotikon api.

"Salut sekelas anaknya pak Gubernur sekolahnya di SDN biasa," tulis akun @momxxxx.

Sementara itu, dikonfirmasi terpisah via sambungan telepon, Dedi Mulyadi mengatakan Ni Hyang bersekolah di SD almamaternya atau tempat Dedi kecil belajar.

"Itu SD negeri biasa. Dulu saya sekolah di sana saat SD," ujar Dedi.

Baca juga: Anak Dedi Mulyadi Nikahi Wabup Garut Putri Karlina Hari Ini, Tak Jadi di KUA Nikah Sederhana

Ia mengaku sengaja menyekolahkan putri bungsunya itu sekolah biasa karena ingin ikut memajukan.

Dedi pun menyindir para pejabat yang menyekolahkan anaknya ke sekolah bergengsi yang jauh, atau kepala sekolah yang menyekolahkan anaknya ke sekolah lain.

"Itu artinya ia sendiri meragukan sekolah yang dipimpinnya, atau sekolah di sekitarnya. Seharusnya mereka itu bantu untuk mengembangkan sekolah tersebut agar menjadi lebih baik," kata Dedi.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Bandung
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Bandung
Pakar Hukum Ingatkan Dedi Mulyadi: Surat Edaran Tidak Bisa Dibuat Seenaknya
Pakar Hukum Ingatkan Dedi Mulyadi: Surat Edaran Tidak Bisa Dibuat Seenaknya
Bandung
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Bandung
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Bandung
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Bandung
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Bandung
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Bandung
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Bandung
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau