Pertama, waktu lampu hijau yang tidak responsif. Menurut dia, dengan pengaturan waktu tetap, tidak akan bisa menyesuaikan dengan variasi volume kendaraan yang datang sehingga waktu lampu hijau bisa terbuang sia-sia.
"Kedua, adanya tumpang tindih arus saat lampu hijau menyala, arus dari satu arah sering kali tertahan karena kendaraan dari simpang lain sudah memenuhi area tengah persimpangan," jelasnya.
Baca juga: Buat Bandung Macet Saat Daftar ke KPU Jabar, Dedi Mulyadi Minta Maaf
Masalah ketiga, lanjutnya, yaitu jarak dan kecepatan kendaraan yang masih jauh saat lampu hijau menyala sehingga membuat kendaraan kerap gagal melintas. Hal itu berdampak menghambat efisiensi arus dan memperpanjang waktu tunggu berikutnya.
Selain itu, Edwin mengatakan, kemacetan pun memiliki beberapa dampak yang sangat merugikan masyarakat, di antaranya dapat menghambat 25 persen hingga 40 persen waktu perjalanan, peningkatan emisi dan polusi serta memicu stres, kecemasan, serta gangguan pernapasan akibat paparan polusi.
"Di sisi lain juga kemacetan berdampak pada kerugian ekonomi karena kendaraan yang terjebak macet mengonsumsi lebih banyak bahan bakar hingga 30 persen dibanding kondisi normal," tandasnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang