Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dedi Mulyadi Luncurkan "Makuta Binokasi", Stimulus Rp 15 Miliar untuk Kota Terbaik di Jabar

Kompas.com, 29 Juli 2025, 07:34 WIB
Farid Assifa

Editor

KOMPAS.com – Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengumumkan program kompetisi antar-ibu kota kabupaten dan kota di seluruh Provinsi Jawa Barat bertajuk Makuta Binokasi, sebuah ajang pemilihan kota paling tertata, terbersih, dan terestetik.

Program ini menjadi salah satu upaya strategis Pemprov Jabar untuk mendorong penataan kota secara menyeluruh, menyentuh aspek kebersihan, estetika, dan kenyamanan lingkungan.

Dedi menyampaikan, ibu kota kabupaten atau kota yang mampu meraih predikat terbaik dalam ajang ini akan menerima stimulus pembangunan dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat senilai Rp 15 miliar pada tahun anggaran 2026.

Baca juga: Dedi Mulyadi Luncurkan Lomba Desa Se-Jabar, Hadiah Utama Rp 7,5 Miliar

“Saya sampaikan pada seluruh warga di Jabar yang tinggal di ibu kota kabupaten dan ibu kota madya, bahwa Pemerintah Provinsi Jawa Barat menggelar kegiatan pemilihan kota tertata, kota terbaik, kota terbersih, kota terestetik, dengan nama kejuaraan memperebutkan Makuta Binokasi,” kata Dedi dalam video yang diunggah di media sosial dan dikonfirmasi ulang Kompas.com, Selasa (29/7/2025).

“Nah, bagi ibu kota yang berhasil menyabet Makuta Binokasi, akan mendapat stimulus kegiatan pembangunan di 2026 senilai 15 miliar rupiah,” lanjutnya.

Menurut Dedi, program ini bukan sekadar kompetisi, tetapi bagian dari gerakan besar mengembalikan jati diri Jawa Barat sebagai provinsi yang bersih, tertata, dan harmonis dengan alam.

“Stimulus ini bagian dari upaya kita memacu semangat setiap kepala daerah, bupati, dan wali kota, untuk menata ibu kotanya masing-masing. Yuk, kita bersama-sama kembalikan jati diri Jawa Barat sebagai provinsi yang bersih, rapi, tertata, bebas bencana, yang menjadi harapan kita,” ujar Dedi.

Gubernur yang dikenal dekat dengan nilai-nilai budaya Sunda ini juga menekankan pentingnya menghidupkan kembali filosofi tata ruang dan harmoni dalam kehidupan masyarakat, sebagaimana digambarkan dalam ungkapan tradisional Sunda.

“Bahasa sederhananya, bahasa karuhunnya itu adalah gunung awian, lengkob balongan, lebak sawahan, tata titi duduga prayoga. Itu yang harus jadi tradisi kehidupan masyarakatnya,” ucapnya.

Dedi pun mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk terlibat aktif dalam penataan wilayahnya masing-masing, mulai dari lingkungan rumah, pasar, sekolah, hingga kantor pemerintahan.

“Pasarnya tidak boleh kumuh, sekolahnya tidak boleh kumuh, halaman dan gedung kantornya tidak boleh kumuh, rumahnya tidak boleh kumuh, sungainya tidak boleh kumuh,” tegas Dedi.

Ia menutup seruannya dengan ajakan penuh semangat agar masyarakat menjadikan tempat tinggalnya sebagai sumber kebahagiaan dan kenyamanan.

Baca juga: Dedi Mulyadi: Kalau Tetap Lakukan Study Tour, Kepala Sekolah Saya Copot

“Yuk berlomba! Jadikan tempat tinggal kita menjadi tempat yang nyaman dan membuat bahagia seluruh warganya,” pungkasnya.

Program Makuta Binokasi diharapkan menjadi momentum baru bagi Jawa Barat dalam membangun kota-kota yang tidak hanya maju secara fisik, tetapi juga harmonis dengan alam dan budaya lokal.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Bandung
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Bandung
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Bandung
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Bandung
Pakar Hukum Ingatkan Dedi Mulyadi: Surat Edaran Tidak Bisa Dibuat Seenaknya
Pakar Hukum Ingatkan Dedi Mulyadi: Surat Edaran Tidak Bisa Dibuat Seenaknya
Bandung
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Bandung
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Bandung
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Bandung
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Bandung
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Bandung
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau