Editor
KOMPAS.com - Seorang pendeta di Cianjur menangis di hadapan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi karena gerejanya terancam disita oleh bank karena menunggak utang.
Pendeta bernama Paripurna Simatupang ini mengatakan tanah gereja dijadikan jaminan ke Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan tidak terbayar sehingga kini berada di ambang penyitaan oleh BPR.
Dalam video yang diunggah Dedi Mulyadi di media sosial, Pendeta Simatupang tampak beberapa kali menangis sambil sesekali menunduk ke bahu Dedi Mulyadi saat "ngevlog" untuk menyampaikan perkara tersebut.
Menurut penuturan Dedi Mulyadi, kasus tersebut adalah murni perkara perdata.
Baca juga: Sorot Bansos Digunakan Judi Online, Dedi Mulyadi: Apa Layak Dia Terima? Itu Kejahatan...
"Kalau gereja disita BPR, berarti harus bangun gereja baru. Itu lebih mahal, harus beli tanah lagi, urus izin lagi, dan kadang berpotensi menimbulkan konflik lingkungan, apalagi ini di Cianjur," ujar Dedi dalam video yang dikonfrimasi ulang Kompas.com, Sabtu (9/8/2025).
Utang yang menjerat gereja tersebut mencapai Rp 6 miliar. Dedi menilai membayar tunggakan lebih bijak daripada membangun dari awal.
Karena itu, ia berjanji memfasilitasi solusi dengan mengajak para pengusaha Kristen untuk membantu menyelesaikan tunggakan utang tersebut.
"Saya akan cari teman-teman yang sama-sama Kristen, para pengusaha Kristen, untuk membantu membayar tunggakan ke BPR sehingga gerejanya tetap berdiri dan BPR terlunasi," kata Dedi.
Baca juga: Digugat 8 Organisasi Sekolah Swasta, Dedi Mulyadi: Kami Selamatkan 47.000 Anak
Selain itu, Dedi juga berencana menemui pihak pengadilan untuk meminta penundaan proses penyitaan.
Ia akan menggalang dukungan dari jemaat Kristiani dan pengusaha agar dana bisa terkumpul.
"Tugas saya memfasilitasi. Saya koordinasi dengan para pengusaha Kristen dan jemaat untuk melunasi. Kita selamatkan gereja ini," tegasnya.
Dedi juga meminta agar ibadah jemaat dilanjutkan sambil ia mengusahakan untuk membantu pelunasan utang gereja.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang