BANDUNG, KOMPAS.com - Pemerintah Kota Bandung dikabarkan mengambil alih pengelolaan Kebun Binatang Bandung (Bandung Zoo) akibat adanya dualisme dalam manajemen.
Saat ini, dua manajemen yang ada di Bandung Zoo dilarang untuk memasuki area kebun binatang, kecuali bagi petugas penjaga satwa (keeper), paramedis, dan dokter hewan.
Humas Bandung Zoo, John Sumampauw, melalui Ully Rangkuti, menyatakan bahwa pengelolaan sementara kini berada di tangan Pemkot Bandung.
Baca juga: Bandung Zoo Tutup Imbas Konflik Internal, Tanpa Pemasukan, Satwa Terancam
Akses ke lokasi kebun binatang juga dibatasi, hanya petugas penjaga satwa yang diizinkan masuk.
"Kami tidak bisa memantau langsung (satwa) karena memang belum ada yang boleh masuk kecuali keeper. Pengelolaan saat ini diambil alih Pemkot Bandung. Mereka juga berkonsultasi dengan tim kami perihal kesejahteraan satwa, seperti kecukupan nutrisi, dan lain-lain," ujar Ully melalui pesan singkatnya pada Senin (11/8/2025).
Sejak Rabu, 6 Agustus 2025 sore, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Barat juga menurunkan tim monitoring khusus untuk memantau kondisi satwa dan kandang setiap hari.
Tim ini bertugas melaporkan hasil pemantauan langsung kepada Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) di Jakarta.
"Berdasarkan info yang kami terima, satwa dalam kondisi bagus," tambah Ully.
Baca juga: Farhan Gerah Konflik Bandung Zoo Tak Kunjung Selesai: Capek Saya, Bentar-Bentar Berantem
Untuk operasional di lapangan, saat ini terdapat sejumlah personel yang bertugas.
Mereka terdiri dari keeper, bagian nutrisi, staf karantina, hingga petugas kebersihan yang bertugas menyapu area.
"Ada keeper, lalu bagian nutrisi, karantina, dan petugas lapangan untuk menyapu. Jumlah dan sebagainya kontrolnya ada di polisi," ungkapnya.
Dengan langkah ini, Pemkot Bandung berupaya memastikan kesejahteraan satwa dan kelancaran operasional Bandung Zoo di tengah situasi yang tidak menentu.
Berita sebelumnya, Wali Kota Bandung Muhammad Farhan geram dengan dualisme manajemen Bandung Zoo yang berlarut-larut. Beberapa kali islah kemudian ribut lagi.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang