"Yang jelas ada warga yang batuk-batuk, tetapi kami tidak bisa memastikan apakah itu ISPA akibat debu. Data lengkapnya masih menunggu dari pihak kesehatan," kata Padi.
Baca juga: Dongkrak Meleset, Mekanik di Gunung Sindur Bogor Tewas Tertimpa Truk Pasir
Ia menambahkan, pemerintah desa bersama kecamatan telah memediasi pertemuan antara warga dan pihak perusahaan.
Warga meminta adanya kompensasi di luar program tanggung jawab sosial (CSR) tahunan.
"Salah satu tuntutan warga adalah kompensasi di luar CSR. Untuk jumlahnya kami serahkan ke RT dan RW. Kalau tidak ada titik temu, perusahaan akan kami panggil lagi," ucapnya.
Padi mengakui, fenomena hujan debu bukan kali pertama terjadi di wilayah Citeureup.
Namun, kali ini penanganannya dinilai lebih cepat dibandingkan sebelumnya.
"Mudah-mudahan ke depan tidak ada lagi kebocoran yang menyebabkan hujan debu," katanya.
Hujan debu dari pabrik semen tersebut bukan kali pertama terjadi.
Kasus serupa pernah berlangsung di wilayahnya, meski jarak waktu antar-kejadian cukup lama.
Meski tidak menimbulkan kerusakan material, Padi menilai dampak kesehatan tetap harus diwaspadai.
PT Indocement bersama Puskesmas Citeureup telah menggelar pemeriksaan kesehatan gratis bagi warga terdampak.
Namun, pihak desa belum menerima data resmi jumlah warga yang mengalami gangguan saluran pernapasan.
“Kami tidak bisa pastikan apakah itu ISPA, tapi banyak warga yang batuk-batuk,” kata dia.
Pihak desa telah memfasilitasi mediasi antara perusahaan dan warga.
Selain program tanggung jawab sosial (CSR) rutin tiap tahun, warga menuntut adanya kompensasi tambahan.
"Kompensasi di luar CSR jadi tuntutan warga. Soal jumlahnya kami serahkan ke RT dan RW, tapi kalau tidak ada titik temu, perusahaan akan kami panggil," tegas Padi.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang