Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indocement Minta Maaf soal Hujan Debu di Citeureup Bogor, Janji Evaluasi Prosedur

Kompas.com, 18 Agustus 2025, 20:12 WIB
Afdhalul Ikhsan,
Eris Eka Jaya

Tim Redaksi

BOGOR, KOMPAS.com - PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk menyampaikan permintaan maaf atas kejadian hujan debu yang mencemari permukiman warga di sekitar Kompleks Pabrik di Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Perusahaan mengeklaim kejadian tersebut bersifat insidental pada Minggu (10/8/2025) lalu.

General Manager Operation Kompleks Pabrik Citeureup Indocement, Setia Wijaya, menjelaskan peristiwa itu terjadi saat Plant 5 sedang tidak beroperasi dan pekerja melakukan pembersihan sumbatan (clogging) di bagian pemisahan material.

Ketika lubang pemeriksaan (check hole) dibuka, debu tidak terduga keluar dan tertiup angin kencang ke arah permukiman.

Baca juga: Pabrik Semen Bocor, Hujan Debu Cemari Warga Bogor hingga Batuk-batuk

"Mengetahui hal tersebut, segera pekerja kami menutup lubang check hole sehingga dalam waktu sekitar tiga menit jatuhan debu semen langsung teratasi," kata Setia dalam keterangan resminya, Senin (18/8/2025).

Dia menyebut, usai kejadian, pihak perusahaan langsung berkoordinasi dengan pemerintah desa serta menyampaikan permintaan maaf kepada masyarakat terdampak.

Evaluasi juga dilakukan terhadap prosedur kerja, terutama agar pembersihan sumbatan tidak dilakukan saat angin bertiup kencang.

"Kami telah melakukan evaluasi dan koreksi terhadap prosedur pembersihan sumbatan untuk tidak dilakukan dalam kondisi angin yang bertiup kencang agar peristiwa ini tidak terulang kembali di seluruh kompleks pabrik Indocement," ujarnya.

Baca juga: Hujan Debu Pabrik Semen Bocor Cemari Citeureup, Dedi Mulyadi Akan Sanksi hingga Denda ke Indocement

Hujan debu dari pabrik semen Indocement di Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, mencemari permukiman warga pada Minggu (10/8/2025).Dok. Warga Hujan debu dari pabrik semen Indocement di Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, mencemari permukiman warga pada Minggu (10/8/2025).

Sebelumnya, kebocoran pabrik PT Indocement di Citeureup mengakibatkan hujan debu yang menyelimuti permukiman hingga 1.200 warga terdampak pada Minggu (10/8/2025).

Sejumlah warga mengeluhkan batuk-batuk dan sempat menjalani pemeriksaan kesehatan gratis yang difasilitasi perusahaan bersama puskesmas setempat.

Pj Kepala Desa Citeureup, Padi Ardianto, mengungkapkan hujan debu menutupi rumah, jemuran, hingga warung-warung warga.

Banyak warga, termasuk anak-anak, mengeluhkan batuk-batuk setelah terpapar debu putih.

Meski tidak ada kerusakan material, warga mendesak adanya kompensasi tambahan dari perusahaan di luar program tanggung jawab sosial (CSR) rutin.

Sebab, kejadian serupa pernah terjadi di Citeureup beberapa tahun lalu.

Baca juga: Rekayasa Lalin di Puncak Bogor Usai, Arus Kembali Normal Dua Arah

Saat itu, warga juga melaporkan keluhan kesehatan akibat terpapar debu dari pabrik semen.

Halaman:


Terkini Lainnya
Pakar Hukum Ingatkan Dedi Mulyadi: Surat Edaran Tidak Bisa Dibuat Seenaknya
Pakar Hukum Ingatkan Dedi Mulyadi: Surat Edaran Tidak Bisa Dibuat Seenaknya
Bandung
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Bandung
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Bandung
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Bandung
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Bandung
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Bandung
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Bandung
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Bandung
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Bandung
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau