"Kita enggak mungkin balik ke abad kerajaan, tetapi simbolisasi pembangunan zaman dulu melahirkan artefak dan itu bisa dihadirkan di masa kini," kata Dedi.
Dedi menegaskan, tidak perlu takut untuk menghadirkan simbol masa lalu tanpa merusak pembangunan masa depan.
Ini dibuktikan oleh beberapa daerah yang sudah sukses lebih dahulu menerapkan simbolisasi peradaban masa lalu untuk pembangunan masa sekarang, seperti halnya Yogyakarta dan lain-lain.
Baca juga: Pro Kontra Donasi Rp 1.000 Per Hari Dedi Mulyadi, dari Transparansi hingga APBD Kelola Lagi
Oleh karena itu, di Hari Jadi Indramayu, ia meminta agar nuansa sejarah dan kebudayaan yang kental harus menjadi jiwa dari setiap pembangunan di Indramayu.
"Kita ini punya cerita panjang dan bukan cerita dongeng. Jika ini diterapkan, tidak menutup kemungkinan Indramayu bisa jadi pusat kebudayaan," ucap dia.
Terakhir, Dedi Mulyadi memberi arahan kepada Bupati Indramayu, Lucky Hakim, untuk lebih sering turun lagi ke tengah masyarakat.
Sektor pertanian harus jadi prioritas, jalan-jalannya juga harus diperindah dengan marka jalan.
Pemprov Jabar pun akan berkontribusi untuk membantu penataan tersebut.
"Ini biar Indramayu kinclong-sekinclong bupatinya," tutur Dedi.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang