Meri sendiri sebelumnya bersekolah di SD swasta di dekat rumah dan tidak sampai putus sekolah.
Namun, karena faktor ekonomi dan ketidaknyamanan anak di sekolah lama, ia memutuskan memindahkan Meri ke Sekolah Rakyat Terintegrasi 40 Indramayu.
Sebagai sopir ambulans dengan status honorer, Nurita mengaku tidak selalu bisa memenuhi kebutuhan anaknya secara penuh.
Karena itu, ia bersyukur ada sekolah rakyat yang menanggung semua kebutuhan anaknya di tengah keterbatasan ekonomi keluarga.
"Ini kata anak saya ya, bukan dari pihak sekolah, katanya di sini makan terjamin tiga kali sehari, dikasih snack, susu juga. Tidur enak, dingin. Hal-hal yang kadang sulit saya penuhi di rumah," ujarnya.
Istri Nurita, Dian Kartikasari (40), juga menaruh harapan besar agar anaknya bisa menjadi pribadi yang mandiri dan sukses lewat pendidikan di sekolah rakyat.
"Harapannya cuma satu, semoga anak saya bisa sukses dan bikin bangga orangtua," katanya.
Tangis pun pecah ketika momen perpisahan tiba.
Meri kembali harus masuk ke asrama sekolah, sementara kedua orangtuanya bersiap pulang.
"Baik-baik ya di sekolah, nurut sama ibu guru. Nanti bapak ke sini lagi jenguk dede," pesan Nurita sambil memeluk erat putrinya.
Sang kakak pun tampak merekam momen haru itu dengan ponselnya.
Dari jendela asrama di lantai dua, Meri melambaikan tangan, sementara keluarganya perlahan berjalan meninggalkan halaman sekolah dengan mata berkaca-kaca...
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang