Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dunia Kerja Butuh Talenta "M-Shaped", Bukan Lagi "I-Shaped" atau "T-Shaped"

Kompas.com, 1 Desember 2025, 23:09 WIB
Agie Permadi,
Icha Rastika

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Dekan Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran Prof Dr Annisa Lestari Kadiyono menyoroti pergeseran jenis pekerjaan yang dibutuhkan seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin maju.

Menurut dia, kompetensi SDM kini tak lagi cukup hanya i-shaped person tetapi berkembang menjadi t-shaped bahkan m-shaped.

"M-shaped skills" berarti seseorang memiliki keahlian mendalam pada dua atau lebih bidang yang berbeda, bukan hanya satu bidang saja seperti pada "I-shaped" atau satu bidang mendalam dengan pengetahuan lintas-disiplin seperti pada "T-shaped".

Individu dengan keterampilan berbentuk M ini dapat menggabungkan keahlian dari berbagai domain untuk menciptakan wawasan baru yang inovatif.

Mereka tidak hanya memiliki keahlian inti yang kuat, tetapi juga mampu bekerja lintas disiplin, memahami prinsip keberlanjutan, serta mahir memanfaatkan teknologi dan AI.

"Kuncinya adalah kombinasi human skills, digital & AI fluency, dan green mindset. Jika pemerintah dan SDM bergerak cepat lima tahun ke depan, disrupsi 2030 dapat menjadi momentum peningkatan produktivitas dan kualitas kerja di Indonesia," ucap dia saat dihubungi, Sabtu (29/11/2025).

Baca juga: Pesan Direktur BCA untuk Mahasiswa, Perilaku dan Mentalitas Penting di Dunia Kerja

Dia menilai, pemerintah perlu mempersiapkan generasi yang memiliki kualitas dengan kemampuan yang dibutuhkan industri lima tahun ke depan.

Upaya ini dapat dilakukan melalui peningkatan kualitas kompetensi, program upskiling atau reskiling dan pendidikan vokasi berbasis kebutuhan pasar.

"Karena itu, pemerintah perlu memastikan peta jalan kompetensi nasional yang jelas dan terintegrasi, terutama pada literasi AI, data, dan green skills. Program up skilling atau re-skilling harus diperbesar kualitas dan skalanya melalui kolaborasi antara pemerintah, industri, maupun perguruan tinggi," ucapnya.

Pengangguran lulusan SMA-SMK

Annisa juga menyoroti fakta bahwa tingkat pengangguran tertinggi saat ini justru berasal dari lulusan SMA dan SMK.

Menurutnya, kurikulum pendidikan yang ada belum sejalan dengan kecepatan perubahan dunia kerja.

Banyak kompetensi yang diajarkan tidak lagi relevan dengan kebutuhan industri, sehingga lulusan tidak terserap optimal. 

Untuk mengatasi masalah ini, ia menegaskan perlunya peningkatan kualitas kompetensi siswa secara lebih terarah, termasuk literasi digital, sertifikasi profesi, penguatan soft skills seperti kolaborasi dan kerja tim, serta percepatan link and match dengan kebutuhan industri. 

"Ini dibutuhkan untuk memastikan mereka benar-benar terserap oleh pasar kerja atau mampu menciptakan lapangan kerja baru melalui kewirausahaan," ucapnya. 

Baca juga: Angka Pengangguran Terbuka di Sumenep dan Pekerjaan Rumah Pemkab

Sementara itu, Menteri Ketenagakerjaan Prof Yasserli menyampaikan, struktur tenaga kerja Indonesia saat ini didominasi lulusan pendidikan menengah, yang membuat Indonesia rawan tertinggal dalam kompetisi tenaga kerja global.

“Sebanyak 87 persen tenaga kerja Indonesia maksimal lulusan SMA atau SMK. Ini potret tantangan besar kita menghadapi perubahan teknologi ke depan,” kata Yasserli dalam Studium Generale di ITB, Kamis (27/11/2025).

Dari sisi struktur tenaga kerja, hanya 39 persen pekerja berada di sektor formal, sedangkan mayoritas bekerja secara informal seperti freelancer, pengemudi ojek online, pelaku UMKM, hingga profesi-profesi baru yang tak dikenal satu sampai dua dekade lalu, seperti affiliator atau clipper.

Baca juga: Kurangi Pengangguran, Mendikti Saintek Dorong Mahasiswa Indonesia Cari Kerja ke Luar Negeri

Menurutnya, fenomena ini menandai bergesernya pola kerja yang dipicu digitalisasi. Yasserli juga menekankan bahwa tantangan yang dihadapi mahasiswa saat ini akan jauh berbeda dengan situasi 20-30 tahun lalu.

Dunia kerja kini dipengaruhi ketidakpastian akibat geopolitik, pandemi, dan disrupsi teknologi.

"Sehingga yang diperlukan itu adalah kemampuan resilience (ketahanan) dan adaptif dalam menghadapi hal tersebut," ujar dia.

Menteri Ketenagakerjaan Prof Yasserli pada Studium Generale yang bertajuk "Mempersiapkan Diri Menghadapi Pekerjaan di Masa Depan" di ITB, Kamis (27/11/2025).Dok Humas ITB Menteri Ketenagakerjaan Prof Yasserli pada Studium Generale yang bertajuk "Mempersiapkan Diri Menghadapi Pekerjaan di Masa Depan" di ITB, Kamis (27/11/2025).

Ada tiga kekuatan global yang mengubah dunia kerja ke depan, yaitu AI dan digitalisasi, green transition & sustainibility, dan demographic & care economy shift.

Diperkirakan, tahun 2030 muncul 170 juta pekerjaan baru, sedangkan 92 juta pekerjaan hilang atau tergantikan.

Beberapa riset memprediksi bahwa 50 persen pekerjaan di industri saat ini tidak relevan lagi untuk 10 tahun ke depan sehingga kebutuhan upskiling atau reskilling meningkat drastis.

"Makanya adaptif adalah kunci," ujarnya.

"M-shaped person"

Ia juga menyinggung soal perubahan model kompetensi. Jika dulu industri hanya menuntut I-shaped competency (satu keahlian spesifik), kini perusahaan mencari T-shaped bahkan M-shaped, yaitu talenta dengan lebih dari satu kompetensi inti.

"Makanya perguran tinggi di berbagi negara di luar negeri ada major ada minor, diambil dua, walaupun saya katakan kompetensi kedua tak bisa harus formal di bangku pendidikan, Anda bisa belajar sendiri," ucapnya.

Kombinasi keterampilan teknis, digital, bahasa, hingga kepemimpinan dinilainya sebagai hal yang dihargai perusahaan.

Sertifikasi profesi juga menjadi bukti kompetensi yang diakui dunia kerja.

"Semakin banyak penguasaan kompetensi maka kompetesi lain akan mensuport Anda berkinerja dan itulah yang dicari perusahaan," kata dia. 

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Bandung
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Bandung
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Bandung
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Bandung
Pakar Hukum Ingatkan Dedi Mulyadi: Surat Edaran Tidak Bisa Dibuat Seenaknya
Pakar Hukum Ingatkan Dedi Mulyadi: Surat Edaran Tidak Bisa Dibuat Seenaknya
Bandung
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Bandung
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Bandung
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Bandung
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Bandung
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Bandung
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau