BANDUNG BARAT, KOMPAS.com - Sebanyak 5 ruangan di SMP Negeri 1 Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat terancam ambruk dimakan usia.
5 ruang kelas itu mengalami rusak sedang hingga rusak parah di bagian atap, tembok maupun lantai.
Sesekali, material atap ambrol tiba-tiba lantaran sudah lapuk dan tak lagi kuat menahan beban.
Baca juga: 3 Hari Tertimbun Longsor, Jalan Penghubung 2 Kecamatan di Bandung Barat Ditargetkan Dibuka Sore Ini
Kepala SMPN 1 Cipongkor Deni Jamaludin mengatakan, pihak sekolah khawatir kondisi ini bisa menimpa siswa-siswi terlebih saat kegiatan belajar mebgajar (KBM). Karena itu, KBM 5 ruang kelas itu dipindahkan ke ruang lain.
"Bangunan yang rusak di SMPN 1 Cipongkor ini ada 5 ruang kelas, dilihat fisiknya cukup mengkhawatirkan sehingga 5 ruangan itu ditutup dan siswa-siswa dipindahkan ke ruang kelas yang bangunannya bagus. Untuk sementara ruangan yang rusak ini masih dikosongkan hanya ruang perpustakaan saja yang masih dipakai," ujar Deni saat ditemui, Selasa (6/9/2022).
Menurut Deni, bangunan itu hampir 40 tahun tidak dilakukan renovasi karena keterbatasan anggaran perawatan sarana dan prasarana sekolah.
"Kerusakannya pada ruangan yang rusak ini mulai dari atap plafon yang sudah bolong-bolong, kemudian kayu penyangga di atap pun sudah tua karena termakan usia," ungkap Deni.
Kerusakan yang tengah dialami ini diduga diakibatkan sudah tuanya bangunan di mana tembok dan plafon ruang kelas lapuk dimakan usia.
"Bangunan ini dibangun sekitar tahun 1983-1984, dan baru sekali direnovasi itupun renovasinya hanya membetulkan genting yang bocor. Namun, daya tahan kayu itu tak dapat bertahan lama karena termakan usia," kata Deni.
Baca juga: Potret Murid SD di Cianjur Belajar di Kelas Tak Layak, Atap, Pintu, dan Dinding Jebol
"Sementara untuk membenarkan atau merenovasi kayu serta plafon tidak memungkinkan memakai anggaran sekolah karena anggarannya pun terbatas, hanya untuk pemeliharaan saja," imbuhnya.
Deni menjelaskan, 5 ruang yang mengalami kerusakan dan butuh renovasi yakni 3 ruang kelas, 1 ruang perpustakaan dan baca, dan 1 ruangan aula.
"Untuk ruangan aula bagian atasnya itu sudah melengkung dan sudah mau ambruk, kami khawatir juga sebenarnya, karena ruangan aula itu masih suka dipakai ketika ada pertemuan dengan orangtua murid," jelas Deni.
Meski demikian, Deni tetap mengutamakan proses KBM di sekolah tersebut berjalan normal, sebab hal itulah yang menjadi subtansi utama terkait hak pendidikan bagi 410 siswa yang belajar di sekolah tersebut.
"Namun kami khawatir jika ada siswa-siswi yang melintas bangunan yang sudah rusak itu tiba-tiba roboh. Kami khawatirnya di situ," tutur Deni.
Saat ini, Deni tengah mengupayakan agar Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Bandung Barat mau turun tangan untuk melakukan renovasi ruang kelas demi menghindari korban tertimpa reruntuhan.