Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakai Sepatu Rusak Saat Tes, Anak Kuli Bangunan di Bandung Lolos Seleksi Bintara Polri

Kompas.com, 25 Juli 2023, 15:23 WIB
M. Elgana Mubarokah,
Michael Hangga Wismabrata

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Video Muhamad Zadani Haikal Taufik (19), remaja asal Kampung Cipucung, Baleendah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, memakai sepatut rusak dan ada tambalan plester saat ikuti tes fisik di lapangan Sekolah Polisi Negara, Cisarua, viral di media sosial. 

Fitriani Hasanah (43), ibu Zadani, membenarkan bahwa sepatu putranya itu sepatu bekas yang dibeli secara online. 

"Anak saya viral karena menggunakan sepatu yang rusak, videonya ada di TikTok bahkan ada 4 video," katanya ditemui di rumahnya, Selasa (25/7/2023).

Fitiriani menceritakan, penghasilan suaminya, Dedy Taufiq (49), yang bekerja sebagai kuli bangunan, belum mampu membelikan putranya sepatu baru.

Baca juga: Video Viral Rumah Mewah di Surabaya Dibobol dan Dirusak Maling

Namun kondisi itu tidak menyurutkan semangat Zadani atau sering disapa Zidan, untuk menjadi meraih cita-citanya sebagai polisi. 

"Kadang saya sedih, sering saya minta maaf ke Zidan, karena enggak bisa ngasih yang terbaik, tapi anak saya kuat dan berkeinginan tinggi," ujarnya.

Baca juga: Meski Ada Seragam, Tas dan Sepatu Gratis, Hanya Satu Murid yang Masuk SD Kristen Ini

Fitriani menceritakan, sepatu bekas itu dibelinya awal tahun 2023, tepatnya sejak Zadani mendaftarkan diri menjadi calon Bintara Polri yang keduanya kalinya. 

Baca juga: 4 Bintara Polisi Banyumas Jadi Tersangka Kasus Tahanan Tewas Dikeroyok, Diduga Ini Sebabnya

Namun dirinya mengaku baru mengetahui bahwa sepatu yang dibelinya itu kondisinya sudah rusak karena sering dipakai anaknya berlatih. 

"Ketahuannya waktu itu dia mau berangkat jam 04.00 WIB, sepatunya sama saya ditambal pake plester warna biru. Waktu itu saya nangis lihat perjuangan dia, saya minta maaf ke dia karena engga bisa membelikan yang baru," terangnya.

Meski hidup pas-pasan dan terbatas, kata Fitiriani, anaknya tak pernah mengeluh dan meminta untuk dibelikan sepatu baru. 

Berangkat tes bawa uang saku Rp 7.5000 

Tak hanya itu, Zadani juga tidak pernah mengeluhkan kondisi keuangan keluarganya. Fitriani mengaku pernah menemukan anaknya itu hanya memiliki uang sebesar Rp 7.500 untuk bekal test fisik.

"Feeling saya waktu dia sudah kehabisan uang, tapi dia enggak ngaku waktu ditanya. Saya coba periksa, ternyata tinggal segitu, dan saya minta ke bapaknya agar memberikan apa yang ada untuk bekal test Zidan," tambahnya.

Sementara itu, Dedy dan istrinya sering minta maaf kepada Zidan lantaran tak bisa memberi fasilitas terbaik untuk persiapan tes. Namun hal itu direspons Zidan dengan kalimat-kalimat optimis.

"Pas pakai sepatu ini dia gak ngeluh. Malah kita minta maaf waktu itu. Istri saya yang bilang, ibu sama bapak belum bisa ngasih yang terbaik buat kamu. Dia malah bilang, 'Dede yang akan ngasih terbaik ke Ibu sama Bapak'," kata Dedy. 

Halaman:


Terkini Lainnya
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Bandung
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Bandung
Pakar Hukum Ingatkan Dedi Mulyadi: Surat Edaran Tidak Bisa Dibuat Seenaknya
Pakar Hukum Ingatkan Dedi Mulyadi: Surat Edaran Tidak Bisa Dibuat Seenaknya
Bandung
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Bandung
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Bandung
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Bandung
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Bandung
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Bandung
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Bandung
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau