Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sungai Cicatih Sukabumi Meluap, 1 Rumah Ambruk, 1 Wanita Meninggal

Kompas.com - 04/12/2023, 11:40 WIB
Budiyanto ,
Reni Susanti

Tim Redaksi

SUKABUMI, KOMPAS.com - Seorang wanita, Encop Sopiah (51), dilaporkan meninggal dunia tertimbun reruntuhan bagian rumah yang ambruk di Sukabumi, Jawa Barat, Minggu (3/12/2023) sekitar pukul 19.32 WIB.

Peristiwa ini tepatnya terjadi di Kampung Pamuruyan RT 02 RW 01 Desa Cisarua, Kecamatan Nagrak. Saat itu hujan deras mengguyur wilayah Sukabumi beberapa jam.

"Satu korban meninggal dunia akibat tertimbun reruntuhan rumah bagian dapurnya yang ambruk," kata Petugas Penanggulangan Bencana Kecamatan (P2BK) Nagrak, Winda Tri Sutrisno, saat dikonfirmasi Kompas.com melalui jaringan telepon Minggu malam.

Baca juga: Mahasiswa Penabrak 8 Motor dan Kios Buah di Sukabumi Konsumsi Obat Penenang

Menurut Micky, sapaan akrab Winda rumah yang terdampak berdiri di sempadan sungai. Saat Sungai Cicatih meluap menyebabkan pondasi rumah tergerus hingga akhirnya ambrol.

"Karena pondasi ambrol berdampak pada robohnya bangunan rumah bagian dapur," ujar dia.

Saat bagian dapur ambruk, korban berada di dalam ruangan, infonya sedang memasak. Sedang anaknya berada di tengah rumah.

Baca juga: Cerita Warga Kejar Pengemudi Ayla yang Kabur Usai Tabrak 8 Pemotor di Sukabumi

"Jenazah korban sudah berhasil dievakuasi dari reruntuhan bangunan dan anaknya selamat," kata MIcky.

Zona merah bencana

Sebelumnya, Bupati Sukabumi Marwan Hamami mengatakan, seluruh wilayah Kabupaten Sukabumi merupakan daerah zona merah rawan bencana. Untuk itu masyarakat harus meningkatkan kewaspadaan, terlebih saat cuaca ekstrem.

"Kabupaten Sukabumi ini zona merah rawan bencana, ada banjir, pergerakan tanah, longsor, angin puting beliung, dan bencana lainnya," kata Marwan kepada awak media di Kebonpedes, Selasa (28/11/2023).

"Dalam menghadapi musim hujan masyarakat di Kabupaten Sukabumi harus tetap waspada dari segala kemungkinan. Karena saat ini wilayah kita sedang mengalami perubahan dari musim kemarau menjadi musim hujan," imbau Marwan.

Ia meminta seluruh aparatur desa dan kecamatan bersama-sama masyarakat di masing-masing tempat untuk memperhatikan celah-celah tanah yang mungkin terjadi pada musim kemarau dan bisa berpotensi menjadi risiko saat musim hujan," tutur dia. 

"Terutama di wilayah yang memiliki kemiringan lahannya tinggi dan perbukitan," ucap Marwan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com