BANDUNG BARAT, KOMPAS.com-Truk Mitsubishi Colt Diesel dengan nomor polisi D 8304 WY pengangkut 36 peziarah mengalami kecelakaan maut di Jalan Raya Saguling, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat.
Akibat dari kecelakaan truk dengan bak terbuka itu, lima orang penumpang dinyatakan meninggal dunia, 23 penumpang mengalami luka-luka, dan 9 orang penumpang lainnya selamat.
Korban didominasi mengalami luka sobek di bagian kepala dan patah tulang di tangan maupun kaki akibat terpental dan terbentur lantaran truk jungkir balik memuntahkan seisi penumpang yang berdiri di bak belakang.
Baca juga: Polisi Ungkap 3 Dugaan Penyebab Kecelakaan Maut di Bandung Barat
Kecelakaan itu terjadi saat perjalanan pulang rombongan peziarah dari wilayah Kabupaten Cianjur ke Kampung Cinagrog, Desa Citalem, Kecamatan Cipongkor, Bandung Barat.
"Mereka berangkat sore, kemudian malam itu juga pulang. Yang duduk di bangku depan 5 orang, 2 anak dipangku 2 orang dewasa dan 1 sopir, yang di bak belakang ada 31 orang," ungkap Kepala Desa Citalem, Mauludin Sopian saat dihubungi, Senin (29/1/2024).
Rombongan peziarah ini berasal dari kampung yang sama yakni Kampung Cinagrog. Mereka sengaja menyewa truk bak terbuka untuk ziarah ke sebuah makam di Cianjur.
"Masyarakat di sini memang sudah terbiasa kalau bepergian rombongan pakai truk. Begitupun saat ziarah kemarin. Jadi di sini bisa disebut sudah budaya. Dilarang juga susah," kata Mauludin.
Warga lebih senang bepergian dengan truk bak terbuka karena jauh lebih murah ketimbang menyewa bus atau kendaraan lain.
"Sewa bus kan mahal. Nah ini paling kena Rp 30.000 per orangnya. Ongkos sewa truknya kurang dari Rp 1 juta. Entah Rp 700.000 atau berapa gitu. Jadi memang mereka cari alternatif kendaraan yang murah," sebut Mauludin.
Baca juga: Truk Rombongan Peziarah yang Alami Kecelakaan Maut 8 Tahun Tak Diuji Kelayakannya
Mauludi bahkan tidak menampik banyak pemilik truk di daerahnya yang menyewakan kendaraan truk bak terbuka untuk mengangkut penumpang yang hendak bepergian seperti wisata, antar pengantin, atau ke acara-acara yang melibatkan banyak penumpang.
"Bukan truk yang itu saja. Di sini banyak truk yang biasa dipakai masyarakat, salah satunya truk yang kecelakaan. Jadi bisa di bilang sudah membudaya, enggak bisa dilarang kalau sudah begini. Urusannya ekonomi. Mereka cari yang murah," paparnya.