BANDUNG BARAT, KOMPAS.com - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memetakan penyebab pergerakan tanah di Kampung Cigombong, Desa Cibedug, Kecamatan Rongga, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat.
Penyelidik Bumi PVMBG, Yohandi Kristiawan mengatakan, petugas diterjunkan ke lokasi bencana pergerakan tanah dengan melakukan pemantauan via udara untuk melihat peta kemiringan dan dari permukaan tanah untuk mengamati lapisan tanah.
"Tadi kita petakan dari permukaan menggunakan drone, kemudian kita juga memetakan area pergerakannya seberapa luas, kemudian faktor apa saja yang menyebabkan atau memengaruhi terjadinya pergerakan tanah," ujar Yohandi saat ditemui di lokasi bencana, Senin (4/3/2024).
Baca juga: Badan Geologi: Pergerakan Tanah di Bandung Barat Tipe Lambat
Berdasarkan hasil kaji cepat sementara, PVMBG menyatakan ada banyak faktor yang memicu pergerakan tanah di Kampung Cigombong.
Faktor penyebab bencana itu di antaranya lapisan batuan yang bersifat licin, tingkat kemiringan lereng, dan faktor curah hujan yang besar.
PVMBG menemukan adanya lapisan tanah berupa batuan lanau yang berselingan dengan batuan pasir. Batuan lanau tersebut memiliki sedimen batuan lempung dengan sifat licin jika terkena air.
"Sifatnya ini ketika dia bertemu dengan air batuannya menjadi bergerak, ditambah dengan kemiringan lereng yang relatif sama dengan kemiringan batuannya," kata Yohandi.
Yohandi menjelaskan, tingkat kemiringan dan lapisan batuan yang relatif licin ini diperparah dengan curah hujan yang tinggi menerjang wilayah tersebut.
Baca juga: Pergerakan Tanah di Bandung Barat Meluas, Warga Mengungsi
"Terjadinya keretakan ini selain itu dipicu dengan curah hujan yang terjadi beberapa hari yang lalu," tutur Yohandi.
Surveyor Pemetaan Tanah PVMBG, Sumaryono menambahkan, selain faktor lapisan batuan dan infiltrasi air hujan ke dalam lapisan tanah, erosi yang terjadi di bantaran sungai juga memengaruhi tanah bergerak.
"Dari survey yang kami lakukan, ada erosi tanah di sungai Cidadap yang lumayan deras, artinya tahanan lereng juga secara tidak langsung akan erosi terus," sebut dia.
Sumaryono menegaskan, survey lapangan ini nantinya akan dikaji dan dirangkai menjadi kesimpulan untuk kemudian dijadikan acuan kebijakan pemerintah dalam memutuskan apakah harus relokasi atau rekayasa teknis mitigasi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.