BANDUNG, KOMPAS.com - Ratusan warga terpaksa mengungsi di Lapangan Bola Cibereum, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung, setelah gempa bermagnitudo 4,9 mengguncang wilayah tersebut pada Rabu pagi (18/9/2024).
Banyak rumah warga mengalami kerusakan, sehingga mereka harus meninggalkan tempat tinggalnya.
Meski tenda darurat sudah disediakan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung, kondisi para pengungsi masih memprihatinkan.
Baca juga: Gempa Tewaskan 1 Warga Bandung
Beberapa warga mendirikan tenda darurat menggunakan kayu dengan atap terpal, sementara mereka hanya membawa alas tidur berupa spanduk bekas, tikar, dan matras seadanya.
Setidaknya ada 450 warga yang mengungsi di delapan titik berbeda di sekitar lapangan bola Desa Cibereum.
Namun, fasilitas di tempat pengungsian masih terbatas, terutama penerangan yang belum merata.
Yati Sumiyati, salah seorang pengungsi, mengatakan bahwa bantuan yang datang dari pemerintah baru berupa makanan seperti mi instan.
Para pengungsi yang tinggal di tenda darurat mengekuhkan kurangnya perlengkapan seperti selimut dan perlengkapan anak, para pengungsi membangun tenda seadanya di lapangan Cibereum, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, setelah rumahnya diguncang gempa bermagnitudo 4,9 pada Rabu (18/9/2024)Meski begitu, ia mengakui bahwa kondisi di pengungsian memang penuh dan ia tidak memiliki pilihan lain.
"Saya harus tetap di sini karena rumah sudah rusak. Walaupun tenda pengungsian penuh, tidak ada pilihan selain mengungsi," kata Yati, ditemui Rabu malam.
Baca juga: Evakuasi dan Bantuan untuk Korban Gempa di Kertasari Bandung Jadi Prioritas
Pengungsi, terutama yang berada di tenda darurat, sangat membutuhkan perlengkapan seperti selimut, sleeping bag, matras, serta peralatan untuk bayi dan anak-anak.
Selain itu, penerangan yang masih minim membuat warga merasa tidak nyaman.
"Penerangan belum ada di semua tenda. Kami berharap agar semua tenda bisa mendapatkan penerangan, agar lebih nyaman saat istirahat," ungkap Yati.
Sementara itu, Ecep Rohimana, pengungsi lainnya, menyebutkan bahwa jumlah pengungsi terus bertambah sejak sore hari.
"Awalnya hanya 48 kepala keluarga (KK) atau sekitar 89 orang, tapi banyak yang datang membawa anak kecil," katanya.
Ecep menjelaskan, rumahnya mengalami kerusakan di bagian dalam akibat gempa, sehingga ia memilih untuk mengungsi.
"Kami sangat membutuhkan tenda yang lebih baik, makanan, selimut, dan perlengkapan lainnya," ujarnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang