BOGOR, KOMPAS.com – Kebijakan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi yang mewajibkan sekolah mulai pukul 06.30 WIB dan menghapus pekerjaan rumah (PR) bagi siswa memicu beragam tanggapan dari masyarakat, khususnya para orangtua murid di wilayah Kabupaten dan Kota Bogor.
Sebagian mendukung langkah ini demi kedisiplinan pembelajaran, tetapi ada juga yang menyampaikan kekhawatiran soal kesiapan anak serta dampaknya terhadap proses belajar di rumah.
Bagi Tiwur (49), warga Kota Bogor, jam masuk sekolah pukul 06.30 WIB dirasa terlalu pagi, apalagi bagi siswa yang rumahnya jauh dari sekolah.
"Kayaknya sih agak kepagian itu ya, jam 7.00 saja lebih pas. Yang rumahnya agak jauh, nanti pasti terburu-buru," ucap Tiwur saat mengantar anak laki-lakinya, Rabu (4/6/2025).
Baca juga: Berlaku Juli 2025, Ini Aturan Resmi Baru Jam Sekolah di Jabar: Masuk 06.30 WIB
Ia mengatakan sebagai orangtua, ia siap mengikuti aturan, meskipun artinya harus bangun lebih awal setiap hari.
"Kalau berlaku ya kami bakal bangun jam 04.00 pagi. Anak-anak juga berat karena malamnya belum tentu tidur cukup. Namun, ya, mau bagaimana, kalau peraturannya begitu, kami ikuti," ucapnya.
Soal penghapusan PR, Tiwur dengan tegas menyatakan tidak setuju. Menurut dia, PR lebih baik jangan dihapus.
"Kalau enggak ada PR, anak jadi enggak belajar di rumah. Apalagi kalau masih SD, belum bisa tanggung jawab sendiri. Jadi, PR tetap penting, cuma jangan terlalu banyak saja," kata dia.
Baca juga: Jam Malam Pelajar di Jabar, Siswa SMA di Bandung: Kalau ke Barak Militer, Kayaknya Berat
Sementara itu, Ira (45), orangtua murid di Cibinong, mengaku sudah terbiasa mengantar anaknya ke sekolah pagi-pagi sekali sehingga kebijakan masuk pukul 06.30 WIB tidak menjadi persoalan besar bagi keluarganya.
"Anak saya malah sampai sekolah jam 06.15 WIB karena sekalian nganter kakaknya juga. Jadi enggak masalah," ujarnya.
Ira mendukung kebijakan ini karena menilai anak bisa belajar tanggung jawab dan membangun kedisiplinan.
Namun, soal PR, ia bersikap hati-hati.
Ira mengatakan, aturan masuk sekolah lebih pagi bisa mendisiplinkan anak, tetapi PR masih dibutuhkan sehingga tidak perlu dihapus.
Baca juga: Jam Malam Pelajar Jabar, Polisi hingga Satpol PP Patroli di Keramaian Bandung
"Kalau dari sisi ibu-ibu yang lagi repot, setuju saja. Namun, kalau dilihat dari dampak ke anak, ya enggak setuju. Anak-anak sekarang kan kalau enggak ada PR, enggak buka buku sama sekali di rumah," tuturnya.
"Disiplin penting, tetapi PR masih dibutuhkan untuk kemajuan anak-anak itu sendiri," ucapnya.