Ia banyak memimpin gerakan rakyat dalam melawan penjajahan Belanda yang kerap melakukan monopoli perdagangan.
Perbuatan VOC memonopoli perdagangan dan memblokade pelabuhan memang membuat Kesultanan Banten mengalami kerugian.
Pada 1655 Sultan Ageng Tirtayasa juga menolak membuat perjanjian dengan VOC karena ingin mempertahankan status Banten sebagai pelabuhan terbuka.
Sikapnya dalam membela rakyat menjadikannya dicap sebagai musuh bebuyutan Belanda.
Pada akhirnya VOC melancarkan politik adu domba di dalam istana dengan mempengaruhi Sultan Haji untuk melawan kepemimpinan sang ayah.
Dengan cara ini nyatanya VOC bisa mulai meredam perlawanan Sultan Ageng Tirtayasa dan bahkan memenjarakannya.
Sultan Ageng Tirtayasa dipenjara di Batavia pada tahun 1683 yang memaksanya turun dari tahta.
Ia kemudian meninggal di dalam penjara pada tahun 1692 dan dimakamkan di Komplek Pemakaman Raja-raja Banten.
Di bawah kepemimpinannya, Banten menjadi tempat perdagangan internasional yang mempertemukan pedagang lokal dengan pedagang Eropa.
Dengan semangatnya melawan penjajah, ia membangun armada laut untuk melindungi perdagangan dan masyarakat dari kerajaan lain dan serangan pasukan bangsa Eropa.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.