"Kan ini masuknya kategori alat musik yang ritmis atau tidak bernada, jadi enaknya di mainkan di tempo tinggi atau musik dan lagu ceria lah," tambahnya.
Didin pun sudah mulai memperkenalkan alat musik ciptaannya untuk mengiringi marawis, karinding, kacapi, atau dijadikan perkusi bagi anak didiknya saat menghafal kitab kuning atau nadhom.
"Ini bagus juga dipakai teater, saya baru pakai ini waktu mengisi musikalisasi puisi," ujarnya.
Sampai saat ini, Didin masih terus mencoba mengembangkan Jabarua agar bisa menemukan suara unik lainnya.
Baca juga: Didik Nini Thowok Memadukan Tarian China dan Musik Hindu
Ia berharap, Jabarua dapat dikenal banyak orang, terutama para pegiat seni.
"Kalau dengan Calung bisa lebih enak tapi kan perlu pendalaman dan eksplore lagi biar ketemu suara yang lain, juga orang-orang bisa tau," kata dia.
"Setahu saya tidak ada yang memainkan pada jaman dulu, artinya baru ditemukan," sambungnya.
Didin tak menolak jika ada yang ingin membeli alat musik bambu ciptaanya. Saat ini, Jabarua baru di produksi sebanyak 10 buah.
"Rencana mau dijual dengan harga Rp 10.000 sampai Rp 20.000-an. Kalau buat anak bagus biar kerangsang motorik musiknya, saya baru mampu bikin sehari paling 5 pieces," pungkas Didin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.