Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nelayan Pangandaran Harus Sejahtera Meski Paceklik, Ini Caranya Menurut Pengamat

Kompas.com - 08/04/2022, 23:19 WIB
Candra Nugraha,
Khairina

Tim Redaksi

PANGANDARAN, KOMPAS.com - Saat musim paceklik atau ikan sulit ditangkap, sejumlah nelayan di Kabupaten  Pangandaran, Jawa Barat memilih tidak melaut. Penghasilan mereka pun menurun drastis.

Lantas bagaimana cara agar nelayan tetap bisa sejahtera khususnya saat paceklik, dan bagaimana cara membuat nelayan sejahtera?

Dekan Fakultas Perikanan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran (Unpad) Pangandaran, Yudi Nurul Ihsan mengatakan, di seluruh Indonesia ada nelayan yang statusnya buruh nelayan dan nelayan pemilik kapal.

(Yang penghasilannya rendah) statusnya buruh nelayan. Dia tak punya kapal," kata Yudi kepada Kompas.com, Rabu (6/4/2022).

Baca juga: Musim Paceklik Nelayan Pangandaran...

Menurut Yudi, ada beberapa upaya yang harus dilakukan untuk menaikkan taraf hidup nelayan. Hal pertama yang harus dibenahi yakni dari sisi kelembagaan terlebih dulu.

"Nelayan-nelayan ini harus dibuat satu kelembagaan seperti koperasi, misalnya. Sehingga untuk keperluan melaut dan sebagainya, tak tergantung ke tengkulak lagi. Tapi bisa dibantu lembaga seperti koperasi," kata Yudi.

Hal kedua, pemerintah juga perlu membuat lembaga keuangan khusus untuk bantu nelayan. Hal ketiga, harus ada kemudahan-kemudahan untuk izin melaut nelayan.

"Terakhir baru beri bantuan lain, bantuan alat tangkap, kapal," kata Yudi.

Dengan kelembagaan yang bagus, kata Yudi, ikan hasil tangkapan nelayan bisa mempunyai pemasaran yang jelas.

Kadang-kadang, nelayan tidak punya tempat penyimpanan hasil tangkapan, tak punya cold storage.

"Ini kemudian Pangandaran perlu punya, membuat satu gudang ikan. Sehingga hasil tangkapan bisa disimpan di gudang ikan dulu. Tata niaga bisa lebih baik lagi," jelas Yudi.

Problem nelayan

Problem utama nelayan, lanjut dia, pertama dari tata kelola. Kelembagaan nelayan kurang kuat, kurang bagus, menyebabkan nelayan selalu punya bergaining posisi yang lemah. "Tak punya sumber keuangan yang jelas sehingga menggantungkan kepada tengkulak," ucapnya.

Problem kedua yakni tata niaga. Saat ikan melimpah harga justru rendah. Sementara saat ikan sedang sulit, harga tinggi.

"Ini harus punya gudang ikan, dilengkapi cold storage," katanya.

Sementara itu, pemerintah perlu mengadakan pendampingan kepada nelayan. Terlebih di era digital seperti sekarang.

"Nelayan itu (selama ini) ketika melaut kan berdasarkan feeling. Dengan teknologi bisa maju lagi, bisa tahu (posisi) ikan di mana. Ini perlu kita buat pendampingan agar nelayan bisa menggunakan teknologi. Itu teknologinya ada, bisa mendeteksi ikan di mana," katanya.

Yudi melanjutkan, dengan penerapan teknologi seperti itu merupakan keuntungan bagi pemerintah. Musababnya, nantinya bisa terlaporkan nelayan menangkap ikan jenis apa saja.

"Sisi BBM juga irit, waktu bisa lebih cepat," jelas Yudi.

Baca juga: Suara Nelayan di Balikpapan: Kapal Kami Ini Kecil, Tolong Diperhatikan

Kelembagaan, tambah dia, baik lembaga nelayan maupun lembaga keuangan sangat penting untuk menyelesaikan problem di nelayan.

"Problem nelayan terutama sektor perikanan, tata kelola dan tata niaga yang masih buruk. Sistem logistik juga masih buruk, perlu gudang ikan sehingga hasil tangkapan juga bisa tetap berkualitas lebih baik, dan dijual juga bisa diatur dengan baik," jelasnya.

Ihwal bantuan kapal untuk nelayan, Yudi mengatakan, kapal yang diberikan harus sesuai kebutuhan nelayan. Kata dia, jangan sampai nelayan diberi bantuan kapal, kemudian kapal tidak termanfaatkan secara optimal.

"Nelayan yang harus menentukan. Kita tak bisa memberi kapal dengan menyamaratakan antara nelayan di Utara dan Selatan. Karakter nelayan beda, alam juga beda. Jadi harus tanya nelayan, kapal apa yang dibutuhkan," kata Yudi.

Dukungan sudah banyak

Sementara Kepala Dinas Kelautan Perikanan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Pangandaran, Dedi Surachman mengatakan, dukungan dari pemerintah kepada nelayan sudah cukup banyak. Dukungan itu berasal dari pusat maupun APBD

"Ada bantuan alat tangkap, mulai mesin, jaring, alat GPS, bantuan premi asuransi ke nelayan, sertifikasi tanah nelayan," jelas Dedi.

Pemda, kata dia, juga telah memfasilitasi nelayan untuk sekolah lapang cuaca yang digelar BMKG Cilacap. Dengan pelatihan ini, nelayan dapat pengetahuan tentang membaca cuaca.

"Sehingga mereka bisa melaut dengan mempertimbangkan cuaca. Untuk keselamatan mereka," kata Dedi.

Pelatihan itu menggunakan aplikasi. Selain membaca cuaca, aplikasi ini bisa mengetahui posisi ikan. "Bisa tahu spot ikan," jelas Dedi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kirim Pesan Cabul ke Orang Dikenal lewat 'Game Online', Pria asal Sumut Ditangkap

Kirim Pesan Cabul ke Orang Dikenal lewat "Game Online", Pria asal Sumut Ditangkap

Bandung
Pria di Bogor Berulang Kali Cabuli Anak Tiri selama 3 Tahun

Pria di Bogor Berulang Kali Cabuli Anak Tiri selama 3 Tahun

Bandung
Kanwil Kemenkumham Jabar Bakal Gandeng Kades untuk Awasi WNA

Kanwil Kemenkumham Jabar Bakal Gandeng Kades untuk Awasi WNA

Bandung
Dukung Dedi Mulyadi Jadi Gubernur Jabar, Buruh Pro KDM: Tidak Ada Lagi yang Cocok

Dukung Dedi Mulyadi Jadi Gubernur Jabar, Buruh Pro KDM: Tidak Ada Lagi yang Cocok

Bandung
Gempa M 4,2 Kabupaten Bandung, Kapolsek Pangalengan: Terasa tapi Tak Sebesar Gempa Garut

Gempa M 4,2 Kabupaten Bandung, Kapolsek Pangalengan: Terasa tapi Tak Sebesar Gempa Garut

Bandung
Detik-detik Pendaki Asal Bandung Meninggal Dunia di Gunung Ciremai, Diduga Kelelahan

Detik-detik Pendaki Asal Bandung Meninggal Dunia di Gunung Ciremai, Diduga Kelelahan

Bandung
Gempa M 4,2 Guncang Kabupaten Bandung, Tak Berisiko Tsunami

Gempa M 4,2 Guncang Kabupaten Bandung, Tak Berisiko Tsunami

Bandung
Mobil Terguling di Majalengka, Sopir: Saya Ngantuk karena Bergadang Nonton Timnas Indonesia

Mobil Terguling di Majalengka, Sopir: Saya Ngantuk karena Bergadang Nonton Timnas Indonesia

Bandung
Cerita Anak-anak Muda dengan Mental Disabilitas Memupuk Impian

Cerita Anak-anak Muda dengan Mental Disabilitas Memupuk Impian

Bandung
Berawal dari Notifikasi 'Sayang', Suami di Bandung Bunuh Istrinya lalu Serahkan Diri ke Polisi

Berawal dari Notifikasi "Sayang", Suami di Bandung Bunuh Istrinya lalu Serahkan Diri ke Polisi

Bandung
Prakiraan Cuaca Bogor Hari Ini Rabu 1 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Bogor Hari Ini Rabu 1 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Bandung
Prakiraan Cuaca Bandung Hari Ini Rabu 1 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Bandung Hari Ini Rabu 1 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Bandung
21 Kecamatan di Sukabumi Terdampak Gempa Garut

21 Kecamatan di Sukabumi Terdampak Gempa Garut

Bandung
Senjata Api dan Peluru Ditemukan di Kolam di Sukabumi, Warga Terkejut

Senjata Api dan Peluru Ditemukan di Kolam di Sukabumi, Warga Terkejut

Bandung
Suami yang Bunuh Istri di Bandung Dikenal Kurang Berinteraksi dengan Tetangga

Suami yang Bunuh Istri di Bandung Dikenal Kurang Berinteraksi dengan Tetangga

Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com