Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyusuri Selasar Sunaryo, Tempat Transitnya Seniman Indonesia ke Kancah Internasional

Kompas.com - 25/05/2022, 10:19 WIB
Reni Susanti

Editor

Ada pula kurator yang ingin meniti karir. Bagi mereka, SSAS bisa menjadi wadahnya. Bahkan SSAS menyediakan mentornya.

"Bisa menjadi semacam transit bagi mereka sebelum berkiprah lebih jauh,” ucapnya.

Pameran 'Menyatakan Jarak'

Seperti yang sekarang terlihat di SSAS. Ada sejumlah pameran yang tengah digelar.

Misalnya di Ruang Sayap, terdapat dua perupa muda, Rizal N Ramadhan dan Nadya Jiwa memamerkan karya bertajuk ‘Batang Mati, Cendawan Tumbuh’ dengan kurator Puja Anindita.

Baca juga: Bale Pinton di Situ Ciburuy Tak Didirikan Kembali, Seniman dan Budayawan Meradang

Rizal menampilkan instalasi seni dan cetak digital. Sedangkan Jiwa menampilkan lukisan. Karya mereka berangkat dari amatan terhadap kondisi sungai kehidupan yang beberapa bagiannya telah termakan usia, hingga melahirkan tafsir soal abadi dan yang sementara.

Kemudian di Ruang Bale Tonggoh, terdapat pameran bertajuk ‘Menyatakan Jarak : Bandung-Leiden’. Pameran yang diikuti mahasiswa Integrated Arts Universitas Parahyangan (Unpar) ini mengajak pengunjung menyelami spektrum lain dari sejarah masa lalu.

Sejumlah karya ditampilkan. Beberapa di antaranya foto monokrom objek salah satu sudut di Kota Bandung yang ditempel di atas plastik berwarna cerah karya Zaldi Armansyah.

Karya lainnya datang dari Zico Albaiquni. Beberapa arsip foto dengan objek yang berbeda disatukan dengan latar Kebun Raya Bogor.

Pada masa sebelum kolonial Belanda, tempat tersebut merupakan hutan buatan. Ada titik di lokasi tersebut menjadi tempat semedi, prasasti, satu keluarga bermain, hingga berbagai makanan.

Karya lain yang sarat akan kritik sosial adalah sawit. Karya ini menggambarkan bagaimana hutan di Indonesia diubah menjadi kebun.

Bagus Pandega dan Kei Imazu menggambarkan lukisan tersebut dengan dominasi hijau dan hitam.

Menunjukan sejarah perkembangan perkebunan kelapa sawit oleh pemerintah Hindia Belanda hingga Jepang.

Uniknya, dengan menggunakan mesin bernama Artificial Green by Nature 3.0, lukisan itu perlahan-lahan akan dihapus.

Caranya, mesin itu digerakan oleh sistem komputasi yang berasal dari sensor pohon sawit. Di ujung mesin, terdapat kuas dan selang air untuk menghapus lukisan. Pohon sawit yang berada di ruangan disinari oleh sinar ultraviolet agar tetap hidup.

“Lukisan ini menggambarkan bagaimana pohon sawit berkembang di wilayah Palembang hingga berkembang dan menyumbang deforestasi yang mengancam tanaman dan hewan endemik (di berbagai wilayah),” ucap penggagas pameran tersebut, Theo Frids Hutabarat.

Menurut Theo, proyek besar ‘Anonim’ berlatar dari dibukanya arsip kolonial di KITLV secara digital dan daring. Akses tersebut bisa mengantarkan kepada ruang yang sudah dikenal namun di saat bersamaan tampak asing, sebab ada di luar spektrum sejarah yang dikenalkan di bangku sekolah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menkes Budi Gunadi Terpilih Jadi Ketua Majelis Wali Amanat ITB

Menkes Budi Gunadi Terpilih Jadi Ketua Majelis Wali Amanat ITB

Bandung
Video Viral Penembak Misterius di Kota Bandung, Pelaku Mengendarai Motor

Video Viral Penembak Misterius di Kota Bandung, Pelaku Mengendarai Motor

Bandung
Polisi Gerebek Markas Judi Togel di Cirebon, Omzet Rp 30 Juta Per Hari

Polisi Gerebek Markas Judi Togel di Cirebon, Omzet Rp 30 Juta Per Hari

Bandung
Polisi Gerebek Markas Judi Togel di Cirebon, Omzet Rp 30 Juta Per Hari

Polisi Gerebek Markas Judi Togel di Cirebon, Omzet Rp 30 Juta Per Hari

Bandung
Kerugian Investasi Bodong yang Diotaki Oknum Wartawan Sukabumi Rp 5,6 Miliar

Kerugian Investasi Bodong yang Diotaki Oknum Wartawan Sukabumi Rp 5,6 Miliar

Bandung
Kasus DBD di Bandung Barat Meningkat, 12 Orang Meninggal Dunia

Kasus DBD di Bandung Barat Meningkat, 12 Orang Meninggal Dunia

Bandung
Prakiraan Cuaca Bogor Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Bogor Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Bandung
Korban Penipuan Investasi di Tasikmalaya Satroni Rumah Pelaku, Rugi Rp 52 Miliar

Korban Penipuan Investasi di Tasikmalaya Satroni Rumah Pelaku, Rugi Rp 52 Miliar

Bandung
Hujan Deras di Garut, Longsor Timpa 4 Rumah, 3 Orang Tertimbun

Hujan Deras di Garut, Longsor Timpa 4 Rumah, 3 Orang Tertimbun

Bandung
Nasib Pilu Anis Dibakar Suaminya Berujung Maut, 3 Minggu Derita Luka Bakar 89 Persen

Nasib Pilu Anis Dibakar Suaminya Berujung Maut, 3 Minggu Derita Luka Bakar 89 Persen

Bandung
Angin Puting Beliung Terbesar di Cimaung, Gemuruh Macam Suara Pesawat

Angin Puting Beliung Terbesar di Cimaung, Gemuruh Macam Suara Pesawat

Bandung
Belasan Pelaku UMKM Disabilitas Buka Sentra Kuliner di Lembang

Belasan Pelaku UMKM Disabilitas Buka Sentra Kuliner di Lembang

Bandung
Prakiraan Cuaca Bandung Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Lebat

Prakiraan Cuaca Bandung Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Lebat

Bandung
Rumah Rusak akibat Puting Beliung di Bandung Bertambah Jadi 65

Rumah Rusak akibat Puting Beliung di Bandung Bertambah Jadi 65

Bandung
Derita Penyintas Gempa Cianjur, Melahirkan di Tenda Darurat karena Tak Ada Uang

Derita Penyintas Gempa Cianjur, Melahirkan di Tenda Darurat karena Tak Ada Uang

Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com