Yulia (49), membenarkan apa yang dikeluhkan Aminah. Bahkan pembeli seperti Aminah tidaklah satu orang, melainkan sebagian besar.
Pembeli merasa kesulitan, karena saat hendak transaksi minyak goreng, harus mengeluarkan hp, membuka aplikasi, ini dan itu.
Faktor yang paling berat, kata Yulia, saat melayani pembelian dini hari. Saat orang baru bangun tidur, dan langsung ke pasar untuk berbelanja.
Sekitar pukul 03.00 – 04.00 WIB, warungnya sudah dipenuhi pembeli. Sebagian besar warga hanya membawa uang, tidak bawa ponsel dan KTP.
Dia tidak bisa membayangkan bagaimana transaksi penerapan aplikasi PeduliLindungi di saat warunga sangat ramai.
Pasalnya, saat mencoba menerapkan di pagi hari saja, banyak yang kesulitan.
“Saya jualan dari malam, sebelum subuh sudah ramai. Pembeli mintanya cepat-cepat. Boro-boro mikirin aplikasi. Melayani pembeli saja kerepotan. Terus pembelinya juga ga mau. Kalau malam mas, boro-boro bawa KTP, apalagi HP. Warga bawa uang saja, sudah,” kata Yulia kepada Kompas.com saat ditemui di warungnya.
Yulia menjelaskan, mekanisme pembelian itu juga menyulitkan pedagang. Karena pedagang akan kehabisan waktu untuk mengurus satu pembeli menggunakan aplikasi.
Sedangkan saat ramai, yang datang ke tokonya sangat banyak, dan membeli berbagai jenis kebutuhan, tidak hanya minyak.
Hal serupa diungkap Juju (45). Bahkan Juju pernah meminta pembelinya membawa fotokopi KTP.
Saat itu, pembeli tidak membawa KTP sehingga pulang terlebih dahulu untuk ambil KTP, dan lalu ke toko fotokopi.