Pengamat Ekonomi dari Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati (UIN SGD), Setia Mulyawan, menyebut kenaikan harga beberapa waktu ini, terutama kebutuhan nonsubsidi akan sangat berdampak pada masyarakat dengan kategori rentan.
Masyakarat kategori rentan, kata dia, merupakan warga yang memiliki penghasilan yang minim.
"Seperti, warga yang penghasilan Upah Minimum Regional (UMR) rendah, atau pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM)," kata Setia.
Masyarakat tergolong rentan, lantaran tidak termasuk ke dalam kelompok masyarakat miskin yang menerim subsidi.
Tapi, lanjutnya, kenaikan harga nonsubsidi ini akan berpengaruh besar pada pengeluaran dan menyedot habis pendapatan mereka, sehingga mereka menjadi penerima subsidi.
Ia berpendapat, anggaran yang dikeluarkan pemerintah untuk subsidi sudah terlalu banyak, hal itu akan berdampak pada beban anggaran negara.
"Di sisi lain, pembatasan barang subsidi ini juga perlu dilakukan agar tidak membebani negara," jelasnya.
"Kita tahu, hampir seperenam anggaran negara itu ditujukan untuk subsidi bahan bakar. Kalau terlalu banyak, ya enggak akan sehat, ini perlu diimbangi, dan diarahkan untuk perkembangan dan pertumbuhan ekonomi," sambung dia.
Selain itu, ia juga menyoroti masyarakat berpendapatan tinggi yang masih mengakses barang-barang bersubsidi, sehingga subsidi tidak lagi tepat sasaran.
Adanya aplikasi untuk mengukur dan memantau pendistribusian subsidi, sambungnya, harus dioptimalkan.
”Aplikasi seperti kemarin itu justru untuk mengarah ke masyarakat menengah ke bawah yang sulit mengaksesnya. Karena itu, yang perlu adalah memicu kesadaran warga tanpa harus dipersulit,” terangnya.
Baca juga: Elpiji 3 Kg di Sumbawa Langka dan Mahal, Ini Langkah Pemkab
Kondisi seperti merupakan rintangan berat bagi mereka yang menjalaninya di akar rumput.
Mereka mesti terus bersiasat demi menutupi kebutuhan sehari-hari.
Besar kemungkinan kesadaran serta perhatian pemerintah menjadi pelipur lara, menjadi harapan bukan hanya mereka yang berkeringat di Pasar Stasiun Majalaya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.