Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebelum Meninggal, Bocah SD di Tasikmalaya Dipertemukan dengan Para Pelaku, Kasus Selesai di Tingkat RW

Kompas.com - 21/07/2022, 13:27 WIB
Irwan Nugraha,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

TASIKMALAYA, KOMPAS.com - Ketua Harian Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Dinas Sosial Kabupaten Tasikmalaya, Aan Yuliati, mengatakan, kasus F (11), bocah SD yang meninggal usai dipaksa setubuhi kucing, sudah selesai di tingkat Rukun Warga (RW).

Baca juga: Kisah Pilu Bocah SD di Tasikmalaya, Di-bully, Dipukuli, Dipaksa Setubuhi Kucing, Depresi lalu Meninggal

Aan mengatakan, pihaknya mendapatkan laporan bahwa sebelum meninggal, korban dan para pelaku sekaligus teman-temannya sudah dikumpulkan oleh petugas RT dan RW setempat. 

Baca juga: Bocah SD di Tasikmalaya Meninggal Usai Dipaksa Teman-temannya Setubuhi Kucing Sambil Direkam

Namun, P2TP2A sangat prihatin saat mendengar korban meninggal akibat depresi yang dialaminya usai kejadian tersebut.

Baca juga: Psikolog Ungkap Bahaya Bullying yang Sebabkan Bocah SD di Tasikmalaya Meninggal

"Kami prihatin. Sebetulnya sebelumnya sudah dibereskan dengan Pak RT dan RW setempat (kasus itu). Kemudian anaknya meninggal dan perlu ditindaklanjuti. Anak-anak para pelaku pun mesti direhabilitasi dengan pengawasan penuh orangtuanya masing-masing," jelas Aan kepada Kompas.com, Kamis (21/7/2022).

Baca juga: Kronologi Bocah SD di Tasikmalaya Meninggal Usai Dipaksa Setubuhi Kucing, Pelaku Teman Main

Aan menambahkan, pihaknya mencatat ada tiga kasus bullying di Kabupaten Tasikmalaya. Tiga kasus ini terjadi di sekolah dan lingkungan perkampungan.

Ketiga kasus itu sudah selesai ditangani, termasuk kasus yang viral saat ini yang terus dilakukan monitoring terkait perkembangan usai kejadian yang mereka alami.

"Tidak sering juga (kasus bully di Kabupaten Tasikmalaya). Data ke kita ada tiga tiga kasus bullying selama setahun. Kami sudah lakukan perlindungan dan sudah diatasi para korban dan pelaku tindakan bullying. Kami juga kebetulan membentuk desa ramah anak. Semua mensosialisasikan perlindungan anak," ujar dia.

Aan mengatakan, tak menutup kemungkinan kasus bullying anak bisa saja bertambah karena dinilai sebagai fenomena gunung es atau kemungkinan masih bisa terjadi.

Sehingga, peran orangtua serta orang dewasa di lingkungan sekitar sudah seharusnya mencontohkan sikap anti bully atau dalam bahasa Sunda dikenal dengan sebutan "popoyok", terutama terhadap anak.

"Tiga kasus, satu di Cigalontang sudah selesai anaknya dipulihkan. Sekarang ini (viral kasus dengan kucing) dan satu lagi itu tidak terlalu ekstrem, tetap kita selesaikan dan pulihkan," kata dia.

Secara keseluruhan, kasus anak yang ditangani oleh tiga lembaga yakni P2TP2A, KPAID Kabupaten Tasikmalaya, dan Polres Tasikmalaya, seluruhnya berjumlah 53 kasus.

Dari jumlah itu, pihaknya menangani 35 kasus dan tiga di antaranya adalah kasus bullying.

"Sebetulnya pengasuhan utama dan paling utama anak adalah orangtua. Kita semua di dinas tidak mungkin datang ke per keluarga dari 351 desa yang ada di Kabupaten Tasikmalaya untuk mengawasi, enggak mungkin. Kita selama ini berjejaring dengan elemen masyarakat yang ada," ujar dia.

Sebelumnya, F, seorang bocah SD berumur 11 di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, dipaksa teman-temannya menyetubuhi kucing sembari direkam menggunakan ponsel.

Akibat rekaman itu tersebar, korban menjadi depresi dan tidak mau makan dan minum sampai kemudian meninggal dunia saat dirawat di rumah sakit pada Minggu (17/7/2022).

Selain menjadi korban perundungan selama masih hidup, bocah itu kerap dipukuli oleh teman-teman bermainnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bupati Karawang Ungkap Komitmen soal Jaga Iklim Investasi dan Buruh

Bupati Karawang Ungkap Komitmen soal Jaga Iklim Investasi dan Buruh

Bandung
Fakta dan Kronologi Pendaki Asal Bandung Meninggal di Gunung Ciremai

Fakta dan Kronologi Pendaki Asal Bandung Meninggal di Gunung Ciremai

Bandung
Prakiraan Cuaca Bogor Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Bogor Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Bandung
Prakiraan Cuaca Bandung Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Sedang

Prakiraan Cuaca Bandung Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Sedang

Bandung
Tagana Tasikmalaya Siagakan Tenda di Daerah Terdampak Gempa Garut

Tagana Tasikmalaya Siagakan Tenda di Daerah Terdampak Gempa Garut

Bandung
Revitalisasi Jembatan II Cikarang, Apresiasi Pemprov Jabar bagi Pekerja

Revitalisasi Jembatan II Cikarang, Apresiasi Pemprov Jabar bagi Pekerja

Bandung
Kirim Pesan Cabul ke Orang Dikenal lewat 'Game Online', Pria asal Sumut Ditangkap

Kirim Pesan Cabul ke Orang Dikenal lewat "Game Online", Pria asal Sumut Ditangkap

Bandung
Pria di Bogor Berulang Kali Cabuli Anak Tiri selama 3 Tahun

Pria di Bogor Berulang Kali Cabuli Anak Tiri selama 3 Tahun

Bandung
Kanwil Kemenkumham Jabar Bakal Gandeng Kades untuk Awasi WNA

Kanwil Kemenkumham Jabar Bakal Gandeng Kades untuk Awasi WNA

Bandung
Dukung Dedi Mulyadi Jadi Gubernur Jabar, Buruh Pro KDM: Tidak Ada Lagi yang Cocok

Dukung Dedi Mulyadi Jadi Gubernur Jabar, Buruh Pro KDM: Tidak Ada Lagi yang Cocok

Bandung
Gempa M 4,2 Kabupaten Bandung, Kapolsek Pangalengan: Terasa tapi Tak Sebesar Gempa Garut

Gempa M 4,2 Kabupaten Bandung, Kapolsek Pangalengan: Terasa tapi Tak Sebesar Gempa Garut

Bandung
Detik-detik Pendaki Asal Bandung Meninggal Dunia di Gunung Ciremai, Diduga Kelelahan

Detik-detik Pendaki Asal Bandung Meninggal Dunia di Gunung Ciremai, Diduga Kelelahan

Bandung
Gempa M 4,2 Guncang Kabupaten Bandung, Tak Berisiko Tsunami

Gempa M 4,2 Guncang Kabupaten Bandung, Tak Berisiko Tsunami

Bandung
Mobil Terguling di Majalengka, Sopir: Saya Ngantuk karena Bergadang Nonton Timnas Indonesia

Mobil Terguling di Majalengka, Sopir: Saya Ngantuk karena Bergadang Nonton Timnas Indonesia

Bandung
Cerita Anak-anak Muda dengan Mental Disabilitas Memupuk Impian

Cerita Anak-anak Muda dengan Mental Disabilitas Memupuk Impian

Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com