“Yang mereka tidak tahu, tanaman kopi itu membutuhkan naungan. Kopi hanya membutuhkan sinar matahari 60 hingga 70 persen saja. Jika tidak ada naungan justru kualitas dan kuantitas produksi kopinya akan turun," ungkap Inong, panggilan akrab Solihin.
SCF, kata Solihin, akan membantu sosialisasi ke LMDH dan para anggotanya yang menggarap hutan atau bertani di sela-sela tegakan pohon hutan.
Sepakat dengan Nace Permana, Solihin juga berharap petani ikut menjaga hutan supaya lestari.
“Bertani di hutan tidak harus dengan mengorbankan tegakan. Banyak alternatif tanaman yang mempunyai nilai omersial tinggi yang bsa ditanam diantara tegakan pohon. Kalau hutan dibabat, ya tinggal tunggu waktu saja, bencana yang akan datang," kata dia.
Baca juga: ASN di Sumba Timur Tewas Gantung Diri di Pohon Jambu, Istri Berteriak Histeris
Inong menyebut, melukai kulit batang sampai kambiumya kering merupakan modus lama yang bertujuan agar tanaman kering dan ada alasan untuk ditebang. Praktik semacam ini, kata dia, sudah ada secara turun-temurun di lahan hutan.
Padahal, kata dia, Sanggabuana merupakan satu-satunya hutan dan dataran tinggi yang dimiliki Karawang. Pegunungan Sanggabuana secara administratif masuk di empat kabupaten di Jawa Barat. Yakni Karawang, Purwakarta, Bogor, dan Cianjur.
Sanggabuana juga salah satu penyumbang debit air Waduk Jatiluhur dan daerah aliran sungai (DAS) Citarum.
"Kalau sampai hutannya rusak, kita tidak akan punya apa apa lagi, selain pabrik," kata Inong.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.