Sekarang Ade dan sopir angkot Banjaran-Tegalega lainnya harus mengantongi uang sebesar Rp 215.000 per hari.
"Segitu udah uang setoran, biaya bensin dan keuntungan saya bawa uang ke rumah tapi ya pas-pasan," ungkapnya.
Kendati telah mengkalkulasi, sebetulnya angka itu belum aman. Pasalnya, angka tersebut baru pengeluaran pokok saja. Selama di jalan, ia memerlukan makan dan minum.
Meroketnya biaya pengeluaran membuat uang yang di bawa Ade ke rumah tak menentu jumlahnya.
Baca juga: Update Tarif Angkot di Bandung Usai Harga BBM Naik
Terkadang, perut istri dan dua anaknya harus puas di isi dengan uang Rp 50.000 ribu saja.
"Pendapatan kalai lagi bagus sih aman, tapi kan itu kotor, kalau lagi bagus Rp 300.000 atau Rp 500.000 mah ditangan, tapikan dipotong sana sini, kalau kurang ya saya nombok," sambungnya.
"Saya juga perlu makan, belum anak di rumah sama istri, beruntungnya istri saya bantu pemasukan dengan dagang di rumah," tambah dia.
Kenaikan Tarif Tak Berpengaruh Banyak
Meski, saat ini pemerintah daerah (Pemda) Kabupaten Bandung sudah meresmikan kenaikan tarif angkot, namun hal itu dirasa tak berpengaruh banyak.
Selain sudah sepuluh hari masih saja sepi, dijalan, lanjut Ade, masih saja penumpang yang membayar dengan kost yang bum berubah.
"Masih aja ada yang bayar tarif lama, masa kita harus ribut dengan penumpang, udah mah sepi nanti tambah sepi," kata Ade.
Padahal, selembaran tentang permintaan kenaikan tarif angkutan sudan tersebar dan ditempel di pintu-pintu angkot.
Baca juga: Harga BBM Naik Rp 10.000, Tarif Angkot di Makassar Naik Jadi Rp 8.000
Tarif angkot trayek Banjaran -Tegalega, paling dekat Banjaran - Sadah dengan tarif Rp 4.000, sedangkan paling jauh yakni Baleendah-Andif-Ranvamanyar-Verbas Rp 14.000.
Ade sudah kebingungan mensiasati perubahan besar akibat kenaikan harga BBM. Hampir setiap hari ia harus memutar isi kepalanya agar mampu memenuhi setoran, biaya bensin, makan, biaya bulanan, ongkos sekolah anaknya, dan kebutuhan istri serta sanak keluarganya.
Sepuluh hari sudah Ade dan sopir angkot lainnya dikerangkeng dengan kebijakan serta imbas dari kenaikan harga BBM. Selam itu pula, ia tak bisa melakukan apa-apa, melawan pun tak ada daya.
Entah berapa lama lagi, Ade dan yang lainnya harus beradaptasi dengan keadaan baru tersebut. Ade hanya bisa pasrah, kepada para penumpang yang mulai busa paham terhadap kondisi sopir angkot di masa-masa terpuruk ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.