JAKARTA, KOMPAS.com - Selain Bandung, buruh pabrik tekstil Kota Kembang ini juga berunjuk rasa di kawasan Patung Kuda, Jakarta. Salah satunya Witri Nurhayati Hadi (45).
Witri merupakan buruh pabrik tekstil di Bandung. Orang tua tunggal ini bekerja banting tulang untuk menghidupi ketiga anaknya.
Saat pemerintah menaikkan harga BBM, kondisi ekonomi keluarga Witri semakin tercekik. Bagaimana tidak, semua barang ikut naik sekarang.
Baca juga: Setelah Didesak Buruh, DPRD Bandung Barat Secara Resmi Menolak Kenaikan Harga BBM
Ia pun harus bekerja lebih ekstra agar bisa bertahan hidup.
Witri bekerja enam hari dalam seminggu. Setiap harinya ia harus tiga kali berganti angkot untuk sampai di tempat kerjanya.
Witri merogoh kocek sebesar Rp 30.000 untuk biaya angkot pulang pergi dari rumah ke tempat kerjanya. Itu angka yang harus ia keluarkan sebelum pemerintah menaikkan tarif BBM.
Baca juga: Mahasiswa dan Polisi Saling Dorong Saat Demo BBM di Kantor DPRD Maluku
Semenjak Sabtu (3/9/2022) lalu, ketika pemerintah mengumumkan kenaikan tarif BBM, hari Senin Witri langsung terasa berbeda.
Kini ia perlu menyiapkan uang Rp 50.000 untuk biaya transportasi kerjanya, pulang dan pergi.
"Kalau dihitung 50 ribu kali enam sudah 300 ribu. Terus dikali 26 hari (kerja), sudah berapa itu," keluh Witri.
Naiknya BBM juga membuat Witri harus memutar otak agar upah kerja yang ia dapatkan dengan nominal di bawah Upah Minimun Kabupaten/kota (UMK) Bandung ini dapat ia pergunakan dengan baik guna menopang keluarga dan juga biaya sekolah anak-anaknya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.