Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjuangan Perpustakaan Kampung Bahera Bandung Memutus Rantai Generasi Putus Sekolah

Kompas.com - 28/10/2022, 17:15 WIB
M. Elgana Mubarokah,
Reni Susanti

Tim Redaksi

 

BANDUNG, KOMPAS.com - Kesadaran akan literasi dan pentingnya pendidikan, membuat seorang pemuda asal Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung, tergerak untuk mendedikasikan diri di dunia baca tulis.

Di usia yang terbilang muda dan produktif, Muhamad Rukhiat Sofia Ramdani (23) merasa terketuk untuk menjadi garda terdepan dalam upaya mencerdaskan anak-anak di Kampungnya.

Rumahnya yang terletak di Kampung Cijaha RW 02, Desa Tanjungwangi, Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, diubah menjadi sebuah perpustakaan sederhana.

Baca juga: Penjaga Sekolah di Mataram Simpan Sabu di Buku Perpustakaan

Belakangan, rumahnya itu dikenal dengan Perpustakaan Kampung Bahera. Di sana, Rukhiat atau yang karib di sapa Kiki Otoy ini mengumpulkan banyak buku.

Rumah yang ditempati dirinya dan keluarga, diatur sedemikian rupa untuk memberikan ruang antara tempat istirahat keluarga, ruang buku, dan tempat bermain anak-anak.

Ratusan buku berjejer di ruang tamu. Bahkan di tempat itu pula, anak-anak kerap belajar membaca, menulis, atau melakukan kegiatan lainnya.

Buku-buku seperi novel, dongeng anak, buku paket pelajaran, hingga bacaan untuk mahasiswa pun tersedia di Perpustakaan Kampung Bahera.

"Kalau buku ada macam-macam, kurang lebih koleksi buku di sini ada 100 lebih, ini kan masih terus berdatangan dari yang donasi, karena saya bikin sistem kolektif sama komunitas yang lain," katanya ditemui, Jumat (28/10/2022).

Baca juga: Revitalisasi SD di Solo Senilai Rp 5,3 Miliar Molor, Siswa Terancam Diungsikan Lebih Lama

Jaringan pertemanan yang dibangunnya sejak SMA hingga menempuh pendidikan kuliah terus ia rawat. Hal itu berdampak baik bagi Perpustakaan Kampung Bahera.

Suplai buku hingga donasi buku terus berdatangan, tak aneh meski terbilang masih terbatas, koleksi buku di Perpustakaan Kampung Bahera terus diperbarui.

"Pertamanya buku ini dari kolektif teman-teman komunitas Cicalengka, terus ada juga donasi dari Rumah Bintang (rubin). Makanya sampai sekarang kita masih open donasi buku," jelasnya.

Perlahan tapi pasti, Kiki Otoy memiliki rencana besar, yakni membangun Bank Buku. Sebuah mimpi yang terus diupayakan untuk memberikan suplai buku bagi siapapun yang ingin membangun perpustakaan di lingkungannya.

"Soalnya rencana ke depan Perpustakaan Kampung Bahera pengen bikin bank buku. Jadi bagi teman-temen yang mau bikin perpus, atau sekolah yang butuh buku-buku, jadi kita bisa bantu," tambah dia.

Warga dan anak-anak di Kampung Cijaha, Desa Tanjungwangi, Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, merasa terbantu dengan hadirnya Perpustakaan Kampung Bahera di tengah budaya putus sekolah dan masih minimnya akses pendidikanKOMPAS.COM/M. Elgana Mubarokah Warga dan anak-anak di Kampung Cijaha, Desa Tanjungwangi, Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, merasa terbantu dengan hadirnya Perpustakaan Kampung Bahera di tengah budaya putus sekolah dan masih minimnya akses pendidikan

Minimnya Akses Pendidikan

Kehadiran Perpustakaan Kampung Bahera di tengah-tengah masyarakat Kampung Cijaha ternyata sangat dibutuhkan. Mengingat, sulitnya warga sekitar untuk mengakses pendidikan lantaran jarak yang cukup jauh, atau masih terisolir.

Kiki menyebut, untuk menuju Sekolah Dasar (SD) anak-anak di Kampung Cijaha harus berjalan kaki melewati kebun dan bukit-bukit kecil, dengan jarak tempuh kurang lebih 2 sampai 3 kilometer.

Sedangkan untuk mencapai SMP Negeri dan SMA Negeri, anak-anak di Kampung Cijaha harus menempuh jarak 17 kilometer.

"Tapi sekarang itu ada SMP swasta namanya Juantika, kebetulan saya juga ngajar di sana, ngajar pelajar TIK, sekolahnya kecil, bangunannya juga hanya dua kelas, jadi harus giliran masuknya," ungkapnya.

Warga dan anak-anak di Kampung Cijaha, Desa Tanjungwangi, Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, merasa terbantu dengan hadirnya Perpustakaan Kampung Bahera di tengah budaya putus sekolah dan masih minimnya akses pendidikanKOMPAS.COM/M. Elgana Mubarokah Warga dan anak-anak di Kampung Cijaha, Desa Tanjungwangi, Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, merasa terbantu dengan hadirnya Perpustakaan Kampung Bahera di tengah budaya putus sekolah dan masih minimnya akses pendidikan

Akibat sulitnya warga mengakses dunia pendidikan, hal itu berdampak pada yang lainnya. Kiki menyebut, di Kampung Cijaha telah lama terbangun budaya putus sekolah.

"Terus ada kendala bahwa ada orangtuanya yang berkemampuan menyekolahkan anaknya, tapi anaknya gak mau sekolah. Terus ada anaknya tuh pengen sekolah, tapi anaknya gak mampu lah," tutur dia.

Di tengah peliknya persoalan itu, Perpustakaan Kampung Bahera hadir menjadi pengisi. Tak aneh, masyarakat sekitar mendukung penuh keberadaan Perpustakaan Kampung Bahera.

"Jadi kita membantu hal itu, para orangtua juga mendukung dan mempersilahkan, dengan adanya Perpustakaan ini dari pertama kegiatan sampai sekarang, belum ada kendala atau yang lainnya," imbuhnya.

Tak hanya itu, hadirnya Perpustakaan Kampung Bahera, menyelamatkan anak-anak sekolah saat terhantam pandemi Covid-19.

Kiki mengatakan, terbentuk dan terbangunnya Perpustakaan Kampung Bahera bertepatan dengan datangnya Covid-19.

Padahal, pemuda yang saat ini masih duduk di bangku kuliah ini bercita-cita membangun perpustakaan sejak SMA. 

"Jadi sejarah Perpustakaan Kampung Bahera waktu saya pindah ke sini tahun 2014. Memang keadaan di sini itu jauh akses, SD, SMP, SMA, jadi sebetulnya pengen bikin ini tuh dari dulu zaman SMA. Karena ada keterbatasan, terlaksananya itu pas tahun 2019 pas banget lagi Covid-19," bebernya.

Saat pandemi Covid-19, ia membantu proses kegiatan belajar mengahar (KBM) anak-anak yang terkendala pembelajaran online. Kala itu, ia belum menggunakan rumahnya sebagai tempat belajar anak-anak.

Madrasah, lanjut dia, menjadi tempat pertama atau cikal bakal Perpustakaan Kampung Bahera berdiri. Tenaga pengajar di Madrasah tersebut pun sangat terbatas.

Kiki menyebut, rata-rata pengajar di sana, merupakan alumni-alumni yang pernah mengenyam pendidikan di sana.

"Jadi itu di madrasah itu ada TK sama PAUD, kita tuh pengen ngebantu di sana. Terus para pendidik di sini itu masih dari warga, jadi alumni yang dari TK, PAUD, SD, SMP, SMA, mereka tuh ngajar lagi di tempat itu. Jadi sedikitnya adanya kegiatan si perpustakaan tuh bisa membantu kegiatan di TK sama di Madrasah nya," terang dia.

Adanya sistem pembelajaran online akibat Covid-19, semakin membuatnya mantap mendirikan Perpustakaan Kampung Bahera.

Setidaknya, kata dia, bisa bermanfaat untuk membantu di sisi pendidikan non-formal.

Saat ini, kegiatan di Kampung Perpustakaan Bahera hanya berlangsung setelah anak-anak di pulang sekolah. Berbeda saat Covid-19, kegiatan di Perpustakaan Kampung Bahera dimulai sejak pagi.

"Yang belajar di sini paling banyak waktu itu bisa sampai 15 anak-anak. Tapi giliran aja, soalnya mereka itu di sini belajar sambil main. Biasanya belajar dari pukul 13.00 WIB sampai pukul 14.00 WIB, sorenya mereka pada ngaji di masjid setempat," jelasnya.

Seluruh anggota keluarganya, kata dia terlibat dalam proses pendampingan dan pengajaran anak-anak. Namun, jika Perpustakaan Kampung Bahera membuat kegiatan, hampir semua jaringan dan komunitas ikut berperan menyukseskan kegiatan tersebut.

Kiki menyebut, kendala terbesar yang masih menghantui tercapainya pendidikan di Kampung Bahera yakni akses pendidikan.

Bukan hanya itu, adanya ruang-ruang seperti Perpustakaan Kampung Bahera dan Perpustakaan lainnya seperti dibiarkan oleh pemerintah.

"Kalau pemerintah ya gimana yah. Soalnya ada juga perpus kaya gini di dekat desa, tapi belum pernah dengar ada sentuhan sama desa. Apalagi perpus ini yang agak jauh dari desa, ya belum juga," kata Kiki.

Selain itu, jaringan Internet pun masih sangat minim di wilayah Kampung Cijaha. Kendati begitu, ia bersyukur anak-anak di Kampung Cijaha masih mencintai buku dibanding gadget.

"Tapi itu jadi keuntungan soalnya kita bisa kontrol anak-anak yang ada di sini. Jadi memang anak-anak di sini main gadgetnya masih kurang, jadi mereka masih tertarik kaya mainan kampung biasa," jelas dia.

Hadirnya Perpustakaan Kampung Bahera menjadi saksi belum meratanya akses pendidikan di Kabupaten Bandung.

Kiki berharap kesadaran literasi dan terbangunnya akses pendidikan di wilayah Kampung Cijaha menjadi jawab atas apa yang dipertaruhkan selama ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com