Di usia dewasa, ia pun pernah dicibir. Terutama saat ia merekam pertunjukan wayang Abah Sunarya dalam bentuk pita.
Orang-orang meragukan langkah Tan Deseng karena wayang itu kesenian visual. Apa mungkin bisa didengarkan secara audio saja.
Namun rupanya, langkah Tan Deseng booming. Itulah mengapa ia bisa disebut sebagai pionir. Ia pun menjadi lebih terkenal. Namun tetap saja ada tanggapan berbeda terhadap Tan Deseng.
Ada yang beranggapan: "Sejago apapun musik Sunda, China tetaplah China".
Namun ada pula anggapan: "China saja jago seperti itu, kenapa kita tidak bisa."
"Banyak yang menarik dari Tan Deseng. Termasuk kemampuannya dalam seni tradisional dan modern," ungkap dia.
Mengenai diskriminasi, Tan Deseng mengatakan, baik orang Sunda ataupun orang China ada yang baik dan buruk. Yang penting, tidak balas menyakiti ketika disakiti.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.