Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dedi Mulyadi Cemas Gerakan Ketahanan Pangan Saat Ini, Sebut Hanya Formalitas

Kompas.com - 14/11/2022, 19:59 WIB
Farid Assifa

Editor

KOMPAS.com - Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi merasa cemas menyimak gerakan ketahanan pangan saat ini yang dilakukan pemerintah.

Sebab, ia menilai selama ini gerakan ketahanan pangan tersebut hanya bersifat formalitas.

"Orang membuat kegiatan, membuat pengumuman, dokumentasi, lapor pimpinan, namun gerakan tersebut kemudian hilang," ujar Dedi kepada Kompas.com dalam keterangan tertulis, Senin (14/11/2022).

Soal ketahanan pangan, Dedi mengatakan harus banyak belajar soal ketahanan pangan dari pola pengasuhan ibunya.

Baca juga: Dedi Mulyadi Ngeprank di Acara Ketahanan Pangan TNI, Bikin Panik Panitia Penyelenggara

Meski hidup pas-pasan, namun sosok ibu bisa mengatur ketahanan pangan dan ekonomi keluarga hingga sembilan anaknya lulus kuliah.

Ia bercerita, di era tahun 70-an Indonesia mengalami musim paceklik. Namun di saat itu ibu Dedi bisa mengelola pangan dengan memanfaatkan cadangan pangan yang ada di dalam dan luar rumah.

Cadangan pangan tersebut berupa beras di gentong, tanaman sayur dan bumbu masakan di pekarangan rumah. Sehingga meski sedang paceklik semua orang di rumah bisa makan.

“Dalam pengelolan seperti itu uang tidak begitu penting karena ibu cerdas memenej dapur. Maka ibu adalah juru kunci ketahanan pangan dan pengendali inflasi yang seutuhnya,” ujar Kang Dedi.

Ancaman inflasi

Dedi mengatakan, saat ini negara bersiap menghadapi tantangan global berupa ancaman inflasi. Namun ia merasa ragu Indonesia bisa melampaui hal tersebut karena sejak dulu negara tidak pernah berhitung pahit, tapi selalu manis.

Negara kini mengatur seluruh siklus kehidupan masyarakat seperti pengelolaan ekonomi di barat. Namun nyatanya kini banyak negara barat yang justru mengalami titik perekonomian yang rendah imbas dari perang antara Ukraina dan Rusia.

Ia mencontohkan, sejak dulu menolak gas melon masuk desa karena akan mengubah siklus kehidupan. Dulu anak-anak pedesaan terbiasa mencari kayu bakar di kebun, kini lebih banyak diam di rumah memegang hp, menonton tv dan jalan-jalan menggunakan motor.

“Akibatnya orang sekarang terbelenggu dengan kredit motor, bayar listrik dan kuota. Sedangkan kayu berjatuhan tak ada yang memungut, sawah terbentang tidak ada yang menggarap, sehingga ke depan kita kehilangan produksi pertanian dalam 10-20 tahun ke depan karena tidak ada lagi tukang macul, tukang tandur,” ucapnya.

Saat ini, kata Dedi, sejumlah sektor industri mengalami penurunan. Banyak pabrik yang tutup hingga akhirnya terpaksa merumahkan para pegawainya.

“Sekarang pertanyaannya mereka mau ke mana, makan apa? Ngojek? Sekarang sudah over. Startup? Startup juga sekarang banyak yang lost. Sehingga jangan sekali-kali masuk dalam kemajuan semu berdasarkan statistik digital. Kita tidak pernah tahu apa apakah itu ada uangnya atau tidak. Tetapi yang penting bagi kita itu adalah pangan,” katanya

Dedi pun merasa cemas dengan gerakan ketahanan pangan yang saat ini terlihat hanya formalitas.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Berlibur di Dinginnya Suhu Minus 5 Derajat Celsius di Bandung

Berlibur di Dinginnya Suhu Minus 5 Derajat Celsius di Bandung

Bandung
Kronologi 2 Ormas di Bandung Bentrok hingga 1 Orang Tewas, Berawal dari Tersenggol

Kronologi 2 Ormas di Bandung Bentrok hingga 1 Orang Tewas, Berawal dari Tersenggol

Bandung
Kayla Meninggal Usai Lari 7 Putaran 12 Menit Saat Seleksi Paskibraka

Kayla Meninggal Usai Lari 7 Putaran 12 Menit Saat Seleksi Paskibraka

Bandung
Siswi SMA di Sukabumi Meninggal Saat Ikut Seleksi Paskibraka, Ini Kronologinya

Siswi SMA di Sukabumi Meninggal Saat Ikut Seleksi Paskibraka, Ini Kronologinya

Bandung
2 Ormas Bentrok di Bandung, Polisi Belum Tetapkan Tersangka

2 Ormas Bentrok di Bandung, Polisi Belum Tetapkan Tersangka

Bandung
Persib vs Persebaya Besok, Polisi Larang Bonek Datang ke Bandung

Persib vs Persebaya Besok, Polisi Larang Bonek Datang ke Bandung

Bandung
Kisah Pilu Nenek Rusmini, Rumahnya Ambruk Diterpa Hujan Deras

Kisah Pilu Nenek Rusmini, Rumahnya Ambruk Diterpa Hujan Deras

Bandung
Ratusan Rumah di Lebak Banten Terendam Banjir

Ratusan Rumah di Lebak Banten Terendam Banjir

Bandung
Protes Jalan Rusak, Warga Tanami Pohon Pisang di Jalan Depan Gerbang Kantor Pemkab Bandung Barat

Protes Jalan Rusak, Warga Tanami Pohon Pisang di Jalan Depan Gerbang Kantor Pemkab Bandung Barat

Bandung
Bukan Tak Diupah, Diungkap Motif Tukang Kebun Bunuh Majikan di Bandung

Bukan Tak Diupah, Diungkap Motif Tukang Kebun Bunuh Majikan di Bandung

Bandung
Terungkap, Pria Dibunuh dan Dicor di Bandung Barat Direncanakan 2 Hari Sebelumnya

Terungkap, Pria Dibunuh dan Dicor di Bandung Barat Direncanakan 2 Hari Sebelumnya

Bandung
Ijal yang Bunuh dan Cor Mayat Didi di Bandung Barat Sempat Menyamar Pakai Kostum Badut di Jakarta

Ijal yang Bunuh dan Cor Mayat Didi di Bandung Barat Sempat Menyamar Pakai Kostum Badut di Jakarta

Bandung
Bentrok Maut 2 Ormas di Bandung, Polisi: Mereka Sudah Sepakat Berdamai

Bentrok Maut 2 Ormas di Bandung, Polisi: Mereka Sudah Sepakat Berdamai

Bandung
BI Banten Temukan 28 Lembar Uang Palsu Selama Ramadhan 2024

BI Banten Temukan 28 Lembar Uang Palsu Selama Ramadhan 2024

Bandung
Bunga Bangkai Raksasa Mekar Sempurna di Kebun Raya Cibodas

Bunga Bangkai Raksasa Mekar Sempurna di Kebun Raya Cibodas

Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com