Oleh karena itu, Dedi menilai harus ada siklus berbeda antara masyarakat pedesaan dan perkotaan. Jika hal tersebut telah dibuat maka Indonesia tidak perlu lagi takut krisis.
“Jangan lumpuhkan kreatifitas rakyat Indonesia, mau apa saja ada bisa jadi makanan asal siklusnya dijaga. Tugas negara hanya memastikan tidak ada pencemaran karena kalau masih ada pencemaran rakyat bisa mati kelaparan," katanya.
"Siklus itu mati, sekarang semua orang orientasinya berdagang, coba cek sekarang makin banyak warung, yang terjadi suatu saat kebangkrutan massal salah satunya karena belanja di minimarket tidak bisa ditawar tapi belanja ke warung diutang,” lanjut Dedi.
Baca juga: Dedi Mulyadi Marah Lubang Galian Jadi Tempat Sampah dan Limbah Ilegal
Ia berpendapat bahwa pemerintah harus membuat cara agar masyarakat tidak tergantung pada uang. Masyarakat harus didorong agar memiliki siklus produksi.
Jangan sampai, lanjut Dedi, daerah-daerah penghasil beras terbesar di Indonesia seperti Karawang dan Indramayu justru masyarakatnya paling banyak mengonsumsi bantuan pemerintah.
“Indonesia kehilangan kulturalnya. Bicara ketahanan pangan harus punya kebun dan sawah. Ketahanan pangan dimulai dengan membangun diri kita. Mulai sekarang hilangkan kebiasaan konsumtif,” ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.