BANDUNG, KOMPAS.com - Pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengenai ciri-ciri pemimpin yang dekat dengan rakyat, hanyalah simbol.
Hal itu disampaikan Pakar Komunikasi Politik Universitas Padjadjaran (Unpad), Dadang Rahmat Hidayat saat dihubungi Kompas.com, Selasa (29/11/2022).
Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Unpad itu menilai, pernyataan tersebut sangat wajar dilontarkan Kepala Negara.
Baca juga: Saat Ridwan Kamil Unggah Foto dengan Rambut Putih: Disuruh Istri
Pasalnya, sosok Jokowi sampai saat ini dianggap memiliki kapasitas, kemampuan, serta pengaruh dan pengikut untuk meng-endorse seseorang agar maju di bursa Pilpres 2024 mendatang.
Di lihat dari komunikasi politik, apa yang dilontarkan akan menjadi realitas dan persepsi di mata publik ihwal pemimpin di 2024 nanti.
"Harapannya adalah ini loh yang bekerja sungguh-sungguh, tapi kan itu tidak langsung kepada Presiden, tapi kan ini momentumnya dekat dengan Pilpres 2024," tutur Dadang.
Di hadapan pendukungnya, Jokowi menyebut, pemimpin yang dekat dengan rakyat itu memiliki rambut yang putih dan terdapat banyak kerutan di dahinya.
Ungkapan tersebut, lanjut Dadang, telah mengarah pada seseorang terutama sosok Ganjar Pranowo.
Diketahui, ada dua pemimpin daerah yang langsung merespons cepat sinyal kepala negara, yakni Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Baca juga: Deklarasikan Dukung Ganjar Pranowo Maju Pilpres 2024, Pijar Akan Kirim Surat ke Megawati
Kedua pemimpin tersebut, merespons dengan cara berbeda. Ganjar Pranowo mengunggah fotonya di Instagram dengan rambut berwarna hitam, sedangkan Ridwan Kamil mengunggah fotonya di Instagram dengan rambut berwarna putih.
"Pak Jokowi kan mengatakan pemimpin yang memikirkan rakyat itu, yang rambutnya putih, kerutan di dahinya banyak. Maka menurut saya itu mengarah ke siapa kan gitu? Kemudian itu banyak diartikan mengarah ke Ganjar Pranowo, meskipun Ganjar itu membalas simbol itu dengan caranya mengecat rambut hitam, kemudian ada Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil yang mengecat putih rambutnya," tuturnya.
Apa yang dilontarkan kepala negara yang langsung direspons kedua pimpinan daerah itu, merupakan politisi yang saling berbalas simbol.
"Itu sebetulnya hanya simbol berbalas pantun, atau simbol berbalas simbol bahwa sebenarnya itu bisa menjadi pertanda dukungan, atau bisa juga pertanda bahwa kami pun siap untuk tampil, itu kalau hanya bicara tampilan fisik ya," kata Dadang.
Menurutnya, kedua pemimpin daerah tersebut, harus sadar bahwa belum tentu publik akan memikirkan soal tampilan yang disampaikan Kepala Negara.
Baca juga: Jokowi Sebut Pemimpin Indonesia Mendatang Harus Sadar soal Keberagaman
Namun, apa yang disampaikan Jokowi akan memiliki legacy ketika sosok yang mendekati ciri-ciri itu memiliki pengaruh dan sampai saat ini terus diperbincangkan rakyat.
"Tapi secara komunikasi politik itu hanya menjadi simbol bagi siapapun asal dia punya pengaruh itu bisa jadi pembicaraan publik, karena kalau bukan dari Pak Jokowi mungkin tidak akan menjadi pembicaraan publik," tambahnya.
Sejauh ini, kata Dadang, belum ada tokoh nasional yang kekuatan publiknya mampu menyaingi kepala negara.
Bahkan, Dadang berani menjamin publik sampai saat ini sedang menanti-nanti pernyataan dukungan kepala negara soal capres dan cawapres.
"Sekarang kan apa yang disebut Pak Jokowi, apa yang dilakukan Pak Jokowi terkait sebuah dukungan capres atau cawapres kan sampai saat ini masih menjadi perbincangan publik. Tapi kan bisa saja nanti ada simbol yang lain yang keluar dari Pak Jokowi yang bisa menguatkan atau mengaburkan," pungkasnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.