Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara Mahasiswa UPI Bandung Data dan Minimalisasi Sampah...

Kompas.com, 16 Januari 2023, 12:50 WIB
Putra Prima Perdana,
Reni Susanti

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Setiap kegiatan, biasanya menghasilkan sampah. Tak terkecuali event Pendidikan Dasar (Diksar) Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung.

Tahun ini, Diksar yang digelar 20-28 Januari 2023 itu akan secara detail dan fokus mendata hingga meminimalisasi produksi sampah yang dibawa peserta dan tamu undangan. Langkah ini diklaim menjadi yang pertama di Indonesia. 

"Kita mau menerapkan konsep waste management. Kita mau me-manage bagaimana limbah dan sampah tidak terbuang dan terlempar begitu saja di tumpukan dan TPA," ujar Ketua Adat Mahacita UPI, Khairunnisa Khalda Syafiqa seusai sharing sesion di EIGER Flagship Store Bandung, Minggu (15/1/2023).

Baca juga: Pelaku Pelecehan Payudara di Cikancung Bandung Ditangkap, Cari Korban Saat Siang Hari

Khairunnisa menjelaskan, konsep waste management yang akan dipakai dalam kegiatan Diksar Mahacita UPI adalah dengan menerapkan tiga tahapan yaitu cegah, pilah, dan olah.

Tahapan pertama yakni cegah adalah dengan meminimalisasi penggunaan benda-benda yang berpotensi menghasilkan sampah sehingga potensi sampah yang dibawa bisa terdeteksi sejak awal.

Dalam tahapan pilah dan olah, peserta, panitia, dan tamu undangan akan diajak memilih sampah organik dan non-organik. Sampah-sampah organik nantinya akan langsung diolah bersama-sama menjadi kompos.

Baca juga: Kapolresta Bandung Perintahkan Polisi Tembak di Tempat Pelaku Kejahatan yang Ancam Nyawa Warga dan Petugas

"Yang anorganik kita pilah di lapangan, kita kumpulkan secara besar-besaran dan dibawa kembali ke sekretariat," ungkapnya.

Sampah organik yang berhasil dipilah akan diambil komunitas River Clean Up dan lembaga konservasi lingkungan hidup internasional yang memiliki alat pengolahan sampah , Plastic Fishcer.

Di tempat yang sama, Pegiat Zero Waste Adventure, Siska Nirmala yang juga anggota Mahacita UPI menambahkan, konsep zero waste atau konsep nol sampah dalam diksar organisasi pecinta alam sangat sulit diterapkan. 

Hal tersebut cukup 'ribet' dilakukan dalam kegiatan yang membutuhkan keterlibatan banyak orang dan banyak makanan serta peralatan.

Kegiatan Diksar Mahacita UPI dengan mengusung konsep waste management kali ini pun menjadi yang pertama kali dilakukan.

"Belum ada organisasi Mahasiswa Pecinta Alam yang melajukan ini. Ini yang pertama kali. Setiap organisasi pecinta alam memiliki sistem pendidikan dan untuk melakukan konsep ini sangat sulit dan belum banyak yang aware kesana. Mahacita UPI sudah mulai aware ke sana," ungkapnya.

Siska menambahkan, sampah-sampah yang dihasilkan dalam diksar organisasi pecinta alam kebanyakan adalah sampah pastik yang tidak memiliki nilai jual kembali untuk diolah. Itulah yang menjadikan banyak organisasi pecinta alam tidak terlalu aware da fokus untuk mengurangi sampah dalam kegiatan Diksar.

"Sampah dalam Diklatsar dan kegiatan alam bebas lainnya itu residu mayoritasnya, kecuali kantong plastik masih diterima bank sampah atau kaleng bisa didaur ulang. Kalau residu enggak bisa diapa-apain karena kebanyakan low value plastic, makanya kita kerja sama dengan Plastik Fishcer karena punya pengelolaan sampah untuk low waste value," tandasnya.

Konsep waste management yang diusung Mahacita UPI dalam pelaksanaan pendidikan dasar menarik perhatian brand peralatan olahraga luar ruang asal Bandung, Eiger.

Menurut Public Relation Eiger, Rijal, konsep tersebut sejalan dengan konsep sustainable enviroment yang saat ini tengah Eiger kedepankan.

"Ini bagian unik poin dari Mahacita. Diksar mereka sebagai mahasiswa yang semua orang tahu, Diksar mahasiswa pecinta alam itu gimana. Tapi ini beda, mereka ingin zero waste," tutur dia. 

Eiger sangat mengapresiasi konsep waste management dalam Diksar Mahacita UPI. Menurut Rijal, konsep ini pasti sudah dipikirkan setiap organisasi pecinta alam, tapi baru Mahacita UPI yang berani melaksanakan.

"Ini yang sudah sejak dulu ada di kepala anak Mapala dan anak-anak naik gunung, tapi penerapnnya yang susah, ribet rasa tanggung jawab yang kadang muncul kadang hilang, makanya apapun Eiger akan support semua aksi untuk keberlanjutan lingkungan," tandasnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Bandung
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Bandung
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Bandung
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Bandung
Pakar Hukum Ingatkan Dedi Mulyadi: Surat Edaran Tidak Bisa Dibuat Seenaknya
Pakar Hukum Ingatkan Dedi Mulyadi: Surat Edaran Tidak Bisa Dibuat Seenaknya
Bandung
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Bandung
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Bandung
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Bandung
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Bandung
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Bandung
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau