Sementara itu, pengamat politik dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Philips J Vermonte menilai, keputusan Emil masuk partai Golkar sebagai langkah strategis dan menguntungkan dilihat dari latar belakangnya sebagai teknokratis.
"Karena orang-orang seperti Kang Emil (sapaan Ridwan Kamil) bisa mewarnai bagaimana partai politik melakukan fungsinya. Ada beberapa fungsi, pengawasan, pembuat undang-undang, fungsi perwakilan dan budgeting. Dari empat itu tiga diantaranya fungsi teknoratis," kata Philips.
Pengalaman Emil di bidang eksekutif dan dunia arsitek akan menambah kemampuan Golkar untuk bisa tetap menjadi partai teknokrat sebagaimana awalnya dibentuk oleh golongan karya.
"Yang kita inginkan adalah partai politik yang kuat, demokratis dan inovatis. Kalau partai tidak diperkuat oleh orang-orang seperti Kang Emil tujuan itu tidak akan tercapai," jelasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.