Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Pedagang Pakaian Bekas Impor di Pasar Cimol Gede Bage Banding yang Harus Tutup Sementara Jelang Ramadhan

Kompas.com, 22 Maret 2023, 21:00 WIB
M. Elgana Mubarokah,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

"Dengan penjualan Rp 25-35.000 belum sewa kios dibayar. belum dengan PD Pasar kebersihan, belum biaya gosokan ini kan barang konsumen harus siap pakai bersih," tambahnya.

Selama 20 tahun berdagang pakaian impor, baru kali ini jelang Ramadhan ia dan pedagang yang lain harus tutup sementara.

Pun dengan larangan dari pemerintah terkait penjualan pakaian bekas impor. Dadang mengaku heran, mengapa bisa cenderung mendadak aturan tersebut lahir.

"Belum ada sosialisasi larangan langsung, mendadak saja ini pedagang kaget karena puluhan tahun ke belakang tidak ada kendala," ungkapnya.

Meski penutupan tersebut dilakukan atas inisiatif para pedagang sejak Selasa (21/3/2023) kemarin. Dadang menyebut penutupan seperti ini pernah terjadi saat wabah Covid-19.

"Pernah ditutup karena Covid-19 sampai dua minggu kita ikutin yang sekarang enggak tahu nih apa mengunggu sampai kapan. Kita ikutin cuman kalau sumbernya ditutup, perekonomian kami gimana? Kan nafkah keluarga dari sini, untuk keluarga kami intinya untuk kelangsungan hidup keluarga kami. kalau dihilangkan sayang sekali," bebernya.

Baca juga: Penikmat Thrifting soal Larangan Pakaian Bekas Impor: Enggak Bisa Gitu Dong, Kan Kebebasan Memilih

Dadang berharap, kebijakan pemerintah bisa berpihak kepada ia dan pedagang kecil lainnya.

Adanya larang tersebut, kata dia, mesti dibarengi dengan langkah solusi dari pemerintah terkait nasib ia dan yang lainnya.

"Harapan kami ya karena ini kan kami ini pedagang kecil dan modal terbatas kami modal kecil misal modal Rp 3 juta kan kami putarkan lah biar ada kelebihan, kadang enggak lebih karena habis. Tolong lah solusinya juga dibuatkan," terangnya.

Sementara, Ikbal (45) salah seorang pedagang lainnya mengungkapkan tidak semua yang berdagang di Pasar Cimol Gede Bage menjual pakaian bekas impor.

Sebetulnya, kata dia, tidak ada intruksi untuk menutup kios. Hanya saja, kondisi pasca-pelarangan itu membuat situasi di Pasar Cimol Gede Bage resah dan panas.

"Ada yang berjualan barang baru juga ada tapi ada beberapa item yang sepatu ada baru, jaket, tas, baju juga. ini karena sebetulnya larangan tutup tidak ada cuman karena ini suasana panas kita coba adem kan dulu supaya tidak berkelanjutan," ujarnya.

Baca juga: Soal Larangan Pakaian Bekas Impor, Wali Kota Surabaya Tunggu Aturan Resmi dari Pusat

Meski begitu, Ikbal menyesalkan atas pelarangan pemerintah. Pasalnya, para pedagang mesti menutup kios jelang bulan pusa sampai waktu yang tidak bisa ditentukan.

"Makanya agar tidak jadi sorotan ini tutup dulu lah kemarin yang diangkut bal-balan kan jadi semua pedagang juga jadi korban. ini karena mereka sedih ini kita tutup," ungkap dia.

Ikbal mengungkapkan, stok lama barang dagangannya yang disiapkan untuk menyambut bulan suci Ramadhan telah disita oleh Kementrian Perdagangan (Kemendag) dan Polda Jawa Barat.

Ia mengaku tak bisa berbuat banyak, pasalnya itu merupakan stok terkahir. Mengingat sejak diterapkan larangan itu suplai dari pemasok tidak kunjung datang.

"Karena ada keterkaitan antara pengecer dan pemasok barang, ada pemasok barang pasti butuh pedagang, kalau pemasukan sampai hari ini tidak ada pemasok barang, ada sekitar 200 bal yang disita ini langsung ke gudang," terangnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang

Halaman:


Terkini Lainnya
Sebaran Kebun Sawit di Bogor yang Luasnya Terbesar Kedua di Jabar Setelah Sukabumi
Sebaran Kebun Sawit di Bogor yang Luasnya Terbesar Kedua di Jabar Setelah Sukabumi
Bandung
Cerita Haru Pekerja Bangunan Indramayu, Selamatkan Anak Terseret Arus dan Bertahan Hidup Pascabanjir Aceh
Cerita Haru Pekerja Bangunan Indramayu, Selamatkan Anak Terseret Arus dan Bertahan Hidup Pascabanjir Aceh
Bandung
Kisah Heru, Berjalan Kaki Selama 8 Hari untuk Bertahan Hidup dari Wilayah Terisolir di Aceh
Kisah Heru, Berjalan Kaki Selama 8 Hari untuk Bertahan Hidup dari Wilayah Terisolir di Aceh
Bandung
Gudang Obat dan Kosmetik dari China di Gunung Putri Bogor Terbakar, Terjadi Ledakan Beruntun
Gudang Obat dan Kosmetik dari China di Gunung Putri Bogor Terbakar, Terjadi Ledakan Beruntun
Bandung
Sekda Jabar Mengaku Masih Sakit Hati dengan Ulah Resbob yang Hina Orang Sunda
Sekda Jabar Mengaku Masih Sakit Hati dengan Ulah Resbob yang Hina Orang Sunda
Bandung
Mobil Berisi 1 Keluarga Terjun ke Jurang Sedalam 20 Meter di Puncak Bogor, 4 Orang Luka-luka
Mobil Berisi 1 Keluarga Terjun ke Jurang Sedalam 20 Meter di Puncak Bogor, 4 Orang Luka-luka
Bandung
Disorot Pakar Hukum, Dedi Mulyadi Tegaskan Surat Edaran untuk Mitigasi Bencana, Lindungi Warga
Disorot Pakar Hukum, Dedi Mulyadi Tegaskan Surat Edaran untuk Mitigasi Bencana, Lindungi Warga
Bandung
Banjir Meluas ke 20 Desa di Cirebon, BPBD Siaga Evakuasi Warga
Banjir Meluas ke 20 Desa di Cirebon, BPBD Siaga Evakuasi Warga
Bandung
Dedi Mulyadi Siapkan Rp 1 Miliar untuk Pulangkan 300 Warga Jabar dari Aceh
Dedi Mulyadi Siapkan Rp 1 Miliar untuk Pulangkan 300 Warga Jabar dari Aceh
Bandung
Catat Tanggalnya, Prediksi Lonjakan Arus Kendaraan Saat Natal dan Tahun Baru di Puncak Bogor
Catat Tanggalnya, Prediksi Lonjakan Arus Kendaraan Saat Natal dan Tahun Baru di Puncak Bogor
Bandung
Pagi Buta, Ular Kobra Tiba-tiba Muncul Menyelinap di Ruang Tamu Warga Indramayu
Pagi Buta, Ular Kobra Tiba-tiba Muncul Menyelinap di Ruang Tamu Warga Indramayu
Bandung
Kecelakaan di Tol Jagorawi, Mobil Boks Tabrak Kendaraan Lain hingga Hangus Terbakar
Kecelakaan di Tol Jagorawi, Mobil Boks Tabrak Kendaraan Lain hingga Hangus Terbakar
Bandung
Banjir Rendam Lima Kecamatan di Kabupaten Cirebon, Warga: Ini Tak Biasa...
Banjir Rendam Lima Kecamatan di Kabupaten Cirebon, Warga: Ini Tak Biasa...
Bandung
Sopir Ngantuk, Mobil Boks Tabrak Truk di Tol Jagorawi Hingga Terbakar
Sopir Ngantuk, Mobil Boks Tabrak Truk di Tol Jagorawi Hingga Terbakar
Bandung
Setelah Sukabumi, Bogor Miliki Kebun Sawit Terluas di Jabar: Mayoritas Berusia 20 Tahun
Setelah Sukabumi, Bogor Miliki Kebun Sawit Terluas di Jabar: Mayoritas Berusia 20 Tahun
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau