Hingga kini, kata dia, ruko tersebut belum terjual. Jason mengatakan umat gereja menolak pembelian ruko secara terpisah.
"Kami inginnya sampai ada yang membeli, ruko itu ada tiga pintu jadi ada tiga ruko, kami tidak mau jual eceran, pengennya tiga aja langsung mungkin itu yang sebabkan belum laku," ujar dia.
Saat ini, jemaat yang kerap beribadah di ruko tersebut berjumlah 150 sampai 200 orang. Jason mengatakan penolakan tersebut bukan pertama kali.
Jauh sebelumnya, ketika pertama berdiri di wilayah Rancaekek umat gereja mengalami hal yang sama.
"Awalnya di Rancaekek, di sana juga kami sama dikejar-kejar mungkin karena izin, terus ke sini ke Majalaya sama, akhirnya saya minta untuk di fasilitasi, kemudian ada lahan untuk membangun tapi rukonya belum laku. Kalau besok laku kita enggak pakai itu, sebulan laku kita enggak pakai itu. Waktu dipindah kita sempat ke Mako Brimob ada keluhan jarak kemudian kadang dipakai latihan, terus kami pindah ke 330 di sana tempatnya tidak memadai dam tidak bisa menampung lah," pungkasnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang