“Saya sebagai iring-iringan petani atau penganon kerbau, sapi, dan kambing. Kemauan saya sendiri didandani seperti ini, satu tahun sekali kan. Bahagia, seneng, seneng sekali,” kata Nemi saat ditemui Kompas.com di tengah kemeriahan.
Kepala Desa Pangkalan Iman, menyampaikan, tradisi Tradisi Mapag Sri merupakan ungkapan syukur masyarakat agraris setempat. Padi, pisang, kelapa, singkong, ubi dan lainya turut diarak keliling desa bersama ratusan bahkan ribuan warga.
Arak-arakan ini sebagai ungkapan atau simbol kebahagiaan masyarakat yang telah menyambut datangnya masa panen.
Terlebih di saat bersamaan, Iman menyebut, sebagian besar masyarakat Desa Pangkalan berprofesi sebagai petani padi dan juga palawija.
“Acara Mapag Sri itu ungkapan syukur petani dan masyarat Desa Pangkalan terhadap masa panen kali ini. Antusiasmenya sangat tinggi, dari anak-anak sampai orangtua dan juga dewasa. Mayoritas warga di sini sebagai petani,” kata Iman saat ditemui Kompas.com di balaidesa Pangkalan, Minggu (14/5/2023).
Tradisi yang sudah berlangsung selama puluhan hingga ratusan tahun diikuti seluruh kalangan.
Warga menyambut tradisi Mapag Sri ini dengan penuh suka cita lantaran sempat tertahan dan tidak diselenggarakan tiga tahun selama pandemi covid-19.
Iman beserta seluruh warga, khususnya para petani padi dan juga kebun, berharap agar pelaksanaan panen raya pada tahun ini memberikan hasil yang melimpah untuk meningkatkan kesejahteraan para petani.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.