BANDUNG, KOMPAS.com - Para pedagang Pasar Sehat Cileunyi, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, berharap Presiden Jokowi bisa datang ke pasar mereka agar persoalan sampah di sana segera selesai.
Pasalnya, sampah di Pasar Sehat Cileunyi sudah lama tak diangkut Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Bandung.
"Ya kalau enggak secepatnya ditindak apa boleh buat, penting beliau (Presiden) datang ke sini," ujar Dani Abdulgani (34), pedagang Pasar Sehat Cileunyi, Rabu (17/5/2023).
Baca juga: Sampah Tak Kunjung Diangkut, Pasar Sehat Cileunyi Makin Jorok dan Mulai Ditinggal Pedagang
Ia menyebut, kehadiran Jokowi setidaknya bisa membuat para pedagang dan pembeli nyaman.
"Seperti di Pasar Baleendah waktu datang Pak Jokowi, selesai kan sampai ke sampah-sampahnya," tutur dia.
Persoalan sampah yang menggunung di Pasar Sehat Cileunyi, tutur Dani, bukan hanya berpengaruh pada kenyamanan pedagang dan pembeli.
Baca juga: Cerita Pedagang Pasar Sehat Cileunyi, Sulit Dapat Pembeli Baru karena Sampah Menggunung
Namun, juga sangat berpengaruh kepada omzet dan pendapatan yang didapatkan para pedagang.
"Otomatis menurun, ya bisa dikatakan enggak dapet penghasilan. Karena ngaruh banget, sampah bisa sampai kios-kios pedagang," ujarnya.
Dani membenarkan, sampah di Pasar Sehat Cileunyi tidak hanya datang dari para pedagang. Warga sekitar dan pembeli juga ikut membuang sampah di sana hingga semakin menggunung.
"Setahu saya, campur ada dari pembeli ada dari pedagang ada dari warga juga, padahal ini bukan Tempat Pembuangan Sementara (TPS)," jelasnya.
Keinginan serupa juga disampaikan pedagang lainnya, Enda (33). Ia mengaku sangat menunggu kehadiran pejabat publik terutama Presiden Jokowi.
"Saya pribadi nunggu banget, mudah-mudahan kalau diinformasikan kaya gini bisa terbaca," kata Enda.
Sebab persoalan sampah ini membuat pedagang meninggalkan kiosnya, terutama pedagang daging. Mereka terdampak gunungan sampah.
"Udah banyak yang pindah, ada yang tutup, ada yang pindah ke depan karena jijik dan kehilangan pembeli," ucap dia.
Keduanya mengaku masih ditarik retribusi Rp 5.000, padahal keduanya terdampak gunung sampah itu. Mereka bertanya-tanya kenapa persoalan sampah tak dibereskan.